SURABAYA – Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan adalah isu pengangguran. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebutkan sebanyak 1,85 juta mahasiswa lulus kuliah pada 2022 baik sarjana, sarjana terapan maupun diploma. Sedangkan lapangan pekerjaan yang tersedia setiap tahunnya hanya 300.000-400.000 saja.
Hal ini mendorong lulusan perguruan tinggi untuk membuat lapangan pekerjaannya sendiri. Salah satunya adalah berbisnis. Memulai bisnis memang memberikan keuntungan besar bagi orang yang menjalankannya. Namun untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan upaya yang besar dan mental yang kuat. Banyak orang yang mundur ditengah jalan karena kurangnya mental bertarung. Apalagi jika mentalnya memang job seeker (pencari lapangan kerja) dan bukan job creator (pencipta lapangan kerja).
Hasan adalah salah satu contoh lulusan perguruan tinggi yang memutuskan menjadi job creator sejak awal. Memulai usaha secara mandiri dengan membuka toko bernama TOKO AS-SYIFA. Awalnya dia berjualan suplemen herbal dan membuka layanan PPOB di rumah.
“Dulu saya sempat menyerah karena profit hanya Rp. 300,000 per bulan. Pikiran saya menjadi kemana-mana. Waktu itu saya berpikir dengan keuntungan sebesar itu kapan saya bisa nikah, kapan saya bisa beli motor, kapan saya bisa beli rumah. Belum lagi tetangga yang sempat memandang sebelah mata karena saya lulusan perguruan tinggi tapi menjadi penjaga toko,” kenang Hasan saat ditemui di rumahnya di kawasan Bluru Permai Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (10/6/2023).
Sering berdiskusi dengan sang Kakak yang selama ini menjadi mentornya, membuat Hasan tidak pantang menyerah dan terus menekuni usaha yang dirintisnya. Mental sebagai job creator yang dapat mengurangi angka pengangguran terus menghunjam dalam dirinya. Keinginan untuk mandiri dan memiliki waktu yang dapat diaturnya secara profesional antara pribadi, keluarga dan ekonomi, membuatnya terus berjalan ke depan. Apalagi sang Kakak terus memberikan nasehat dan wejangan, yang membuatnya tambah yakin.
Ternyata, keputusannya tidak keliru, usaha alumnus jurusan Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur itu, mulai menampakkan hasilnya di tahun ketiga, disaat dia memutuskan untuk mengubah jualannya. Dari hasil observasi di lapangan dan diskusi dengan sang kakak, diputuskan untuk menjual alat tulis kantor dan jasa foto copy. Dari sini profit Toko miliknya perlahan naik hingga tembus Rp. 3.000.000 per bulan.
“Alhamdulillah kekhawatiran saya dulu tidak terbukti. Saya sekarang sudah menikah, beli kendaraan dan mendapat penghasilan yang cukup dan sudah ada pegawai sendiri,” paparnya bangga.
Beberapa bulan kemudian, Hasan menambah unit bisnisnya dengan menjadi agen air mineral merk SANTRI milik ponpes tertua di Jawa Timur, Sidogiri. Dari yang awalnya menjual 75 item per bulan, kini menjadi 1.800-2.400 item per bulan.
Semenjak menjadi Distributor Air SANTRI Sidoarjo, banyak yang bergabung menjadi agen maupun pelanggan Hasan. Mulai dari koperasi sekolah, pabrik, perkantoran, toko retail, mini market serta melayani event besar.
“Alhamdulillah tanggal 8 juni kemarin, kami deal event besar dengan orderan sebanyak 8.000 item senilai Rp. 264.300.000. Ini pencapaian terbesar kami setelah sebelumnya mensuplai untuk acara 1 Abad NU di GOR Sidoarjo,” pungkas Hasan yang berencana akan membuka cabang Toko As-Syifa di titik lain ke depannya.
(sule/bus)