Wednesday, November 6, 2024
spot_img
HomePendidikanDunia KampusPunya Peran Besar Turunkan Angka Stunting di Indonesia, Guru Besar FKM Unair...

Punya Peran Besar Turunkan Angka Stunting di Indonesia, Guru Besar FKM Unair Ini Terima Penghargaan dari BKKBN

 

Prof. Dr. Sri Sumarmi, SKM., M.Si., dengan piagam penghargaan bidang BANGGA KENCANA yang diterimanya dari BKKBN beberapa waktu lalu. (foto: dokumen pribadi)

Surabaya, – Bernama lengkap Prof. Dr. Sri Sumarmi, SKM., MSi., dan merupakan seorang Guru Besar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair). Dirinya dinilai punya dan peran aktif dalam kesuksesan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.

Berkat inovasi Prof Mamik -sapaan akrabnya- yang berlangsung sejak 2019, pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sukses menurunkan angka stunting secara nasional. Karena itulah, BKKN memberikan penghargaan kepada Prof Mamik.

“Ada dua inovasi, yakni Laduni dan Desa Emas yang melalui inovasi tersebut, turut berkontribusi dalam upaya percepatan penurunan angka stunting,” ujar Prof Mamik dalam keterangannya pada media ini, Senin (15/7/2024).

Berjalannya program Layanan Terpadu Pranikah (Laduni) dan Desa Emas sejak tahun 2019 telah mencetak hasil yang memuaskan. Baik Laduni maupun Desa Emas, keduanya memiliki misi yang sejalan, yakni percepatan penurunan angka stunting di berbagai wilayah.

“Mekanisme pelayanan Desa Emas ini dengan intervensi hulu, dengan berbagai pendekatan dan penerapan berbagai inovasi teknologi tepat guna,” imbuhnya.

Pelayanan kesehatan dan konseling pada program Laduni, lanjut Prof Mamik, berangkat melalui intervensi utama berupa pemberian multiple micronutrients supplement (MMS).

“Intervensi MMS pada tahun 2024 ini pun menjadi program nasional untuk ibu hamil di 11 provinsi prioritas, yang salah satunya ialah Jawa Timur,” tukasnya.

Hasilnya, lanjut Prof Mamik, MMS berhasil menekan angka kasus bayi dengan berat badan lahir yang rendah (BBLR) sebagai salah satu faktor risiko stunting. Jika dibandingkan dengan pemberian TTD, MMS lebih efektif dalam menurunkan risiko bayi lahir prematur, bayi lahir kecil, menurunkan BBLR, hingga menurunkan risiko bayi lahir mati (still births) dan kematian bayi dalam usia 0-6 bulan.

“Jika alam persentase, misalnya penurunan kasus BBLR 12% pada ibu hamil yang tidak anemia, dan 19% pada ibu hamil yang anemia ataupun underweight,” paparnya.

Setelah menerima penghargaan atas kontribusinya dalam penanganan kasus stunting di Indonesia, Prof Mamik menyampaikan adanya rencana keberlanjutan dari program inovasinya.

“Ada lanjutan kegiatan Desa Emas yang akan dilaksanakan di Bondowoso, khususnya untuk pengabdian masyarakat dengan penyediaan air bersih siap minum di salah satu pondok pesantren di sana,” ungkapnya.

Kemudian, dalam pemanfaatan micronutrients pada MMS tengah berlansung studi implementasi di 25 kabupaten di Indonesia. Ia juga menambahkan bahwa terdapat kerja sama dengan pihak-pihak lainnya, seperti Jhon Hopkins University, Vitamin Angels, Universitas Indonesia, dan Universitas Hasanuddin.

(khefti/rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular