
Surabaya, – Sebanyak 51 santri dari Surabaya, Malang, dan sekitarnya mengikuti “Pesantren Ramadhan Digital” di Pesantren Digipreneur “Al-Yasmin”, Jalan Pagesangan Baru, Jambangan, Kota Surabaya, Sabtu (15/3/2025).
“Pesantren Ramadhan Digital di sini bukan ngaji kitab kuning saat Ramadhan, tapi pesertanya adalah santri dari pesantren dan ormas keagamaan yang ngaji kekinian tentang ngaji dakwah digital, medsos, dan public speaking,” kata Ketua Panitia, M. Taufikur Roziqin dalam keteranganmya pada media ini.
Ia menambahkan bahwa pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Pengasuh dan Dewan Pembina Pesantren Digipreneur Al-Yasmin H. Helmy M Noor yang memberi fasilitas kepada 51 santri untuk memaksimalkan potensi digital di pesantren, masjid, dan madrasah.
Saat membuka “Pesantren Ramadhan Digital” itu, pengasuh dan Dewan Pembina Pesantren Digipreneur Al-Yasmin, H. Helmy M Noor mengaku dirinya sejak muda sering mendampingi KHA Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU 1999-2010) dan dekat dengan para kiai, sehingga dapat belajar menjadi pendamping kiai di era kekinian.
“Sebagai santri dan anak ideologis, saya mengadopsi pikiran cerdas KHA Hasyim Muzadi sebagai pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang, saya mendapat teladan agar mendidik santri tapi bukan hanya ngaji, melainkan mengembangkan hobi untuk kepentingan pesantren, masjid, dan madrasah, sekaligus menjadikan hobi sebagai profesi,” katanya.
Menurutnya, Pesantren Digipreneur Al-Yasmin yang bercirikan digital dan entrepreneurship memiliki visi menjadi “hub”, mediator, kolaborator, mitra, dan teman belajar bagi para santri dari berbagai pesantren untuk mengembangkan hobi seperti desain digital, khitobah atau dakwah digital, multimedia (podcast/live streaming), marketing digital untuk koperasi pesantren, dan sebagainya.
“Itu hobi, passion, yang bisa belajar dan magang di pesantren ini. Potensi besar itu nggak dikembangkan saat di pesantren atau saat kuliah selepas dari pesantren, karena itu boleh ke Al-Yasmin untuk mengembangkan hobi menjadi profesi, sambil ngaji, tapi bukan ngaji kitab, melainkan ngaji tawadhu, ngaji agar nggak sombong,” imbuh Helmy.
Helmy menambahkan bahwa santri di Al-Yasmin adalah mitra, teman belajar, yang dicetak menjadi tim digipreneur untuk pesantren, masjid, madrasah, dan ormas keagamaan dengan konsep ATM (amati, tiru, modifikasi).
“Lebih dari itu mengembangkan hobi menjadi profesi di era digital,” pungkasnya.
(rils/rafel