Monday, December 8, 2025
spot_img
HomeSosokPria Ini Kayuh 4.000 Km dari Italia ke Norwegia, Jadi Inspirasi Generasi...

Pria Ini Kayuh 4.000 Km dari Italia ke Norwegia, Jadi Inspirasi Generasi Muda

Arbelly Noor dalam satu momen perjalanan dirinya dengan memakai sepeda dari Italia ke Norwegia. (foto: Arbelly Noor)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Mengayuh sepeda sejauh 4.000 kilometer melintasi tujuh negara Eropa bukanlah perkara mudah. Namun, alumnus Fakultas Hukum Universitas Airlangga (FH Unair), Arbelly Noor, membuktikan bahwa tekad, disiplin, dan mental baja mampu menaklukkan tantangan tersebut.

Arbelly berpartisipasi dalam ajang bergengsi #NorthCape4000, sebuah kompetisi ultra cycling yang dimulai di Italia dan berakhir di ujung benua Eropa, Norwegia. Dalam ajang ini, para peserta dituntut mandiri sepenuhnya tanpa tim pendukung. Mulai dari logistik, kesehatan, hingga perbaikan teknis sepeda harus ditangani sendiri.

“Persiapan butuh tujuh bulan. Saya latihan rutin 500-800 km per minggu, ditambah nutrisi dan istirahat yang cukup. Ultra cycling itu soal konsistensi,” ujar Arbelly dalam keterangannya, Minggu (17/8/2025).

Dari Basket ke Ultra Cycling

Kecintaan Arbelly pada olahraga berawal sejak kecil. Basket, voli, hingga sepak bola pernah digelutinya. Pandemi 2021 menjadi titik balik, ketika lapangan basket ditutup dan ia beralih ke sepeda. “Awalnya hanya untuk mengisi waktu, tapi lama-lama jatuh cinta. Dari trek pendek lalu berlanjut ke tantangan ultra cycling,” katanya.

Sebelum terjun ke #NorthCape4000, Arbelly sudah menaklukkan berbagai ajang jarak jauh, seperti Tur Surabaya-Mandalika (500–600 km) dan Bentang Jawa (1.500 km).

Perjalanan panjang Arbelly membentang dari Italia, Jerman, Ceko, Polandia, Swedia, Finlandia, hingga Norwegia. Tantangan terbesar datang dari cuaca ekstrem. “Meski musim panas, anginnya bisa 45 km/jam dengan suhu 12–20 derajat. Bagi orang tropis seperti saya, ini menguras tenaga,” jelasnya.

Keterbatasan suplai makanan juga kerap menyulitkan. Banyak jalur melewati hutan tanpa warung atau minimarket. Strateginya: membeli persediaan cukup ketika memasuki kota kecil. Waktu istirahat pun terbatas, hanya 4–5 jam tidur per hari.

Meski demikian, pengalaman berinteraksi dengan warga lokal memberi kesan mendalam. “Masyarakat Eropa sangat menghormati pesepeda. Saya pernah menginap di hotel tanpa resepsionis, kunci kamar hanya ditaruh di pintu. Di desa, warga bahkan menawarkan hasil kebun untuk bekal perjalanan,” kenangnya.

Bagi Arbelly, perjalanan lintas negara ini bukan hanya soal capaian pribadi, tapi juga pesan bagi generasi muda, khususnya alumni Unair.

“Latihan tidak pernah mengkhianati hasil. Jagalah kesehatan sejak dini. Tanpa tubuh yang sehat, sehebat apa pun kemampuan atau setinggi apa pun cita-cita akan sulit tercapai,” tegasnya.

Arbelly menargetkan finis pada 20 Agustus dengan rata-rata kayuhan 160 km per hari. “Semakin dekat lingkar Arktik, tantangan medan dan cuaca makin berat. Tapi saya yakin, selama fisik terjaga dan mental kuat, semua bisa ditaklukkan,” pungkasnya. (*)

Editor: Tommy dan Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular