PURWAKARTA – Hari ini, Kamis (3/9), Presiden Joko Widodo mengadakan makan siang dengan 103 PKL (Pedagang Kaki Lima). Namun, menurut Ketua Umum DPP Asosiasi PKL Indonesia (APKLI), dr Ali Mahsun,M.Biomed, tak ada hal yang istimewa dari jamuan makan siang presiden tersebut.
“Jokowi hanya jadikan PKL dongkrak citra diri. Tak ada yang substansi, Jokowi hanya mengulang-ulang promosi penurunan bunga KUR dari 23% menjadi 12% per tahun. Tak ada yang istimewa kecuali PENCITRAAN PRESIDEN JOKOWI DITENGAH GADUH POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA. APKLI sangat kecewa dan mengecam dijadikannya PKL untuk dongkrak popularitas jokowi yang sedang ambruk,” tegas Ali Mahsun kepada Cakrawarta dalam keterangan persnya di sela-sela ‘blusukan’nya ke Purwakarta, Kamis (3/9) sore.
Menurut alumnus fakultas kedokteran Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya itu, perlakuan semena-mena terhadap PKL selama ini mulai penggusuran, pembebasan dari sistem ijon ataupun soal rentenir membuktikan jamuan makan siang Presiden hanya sekedar pencitraan semata.
“Soal PKL yang digusur dan diusir semena-mena, soal membludaknya toko modern yang membunuh usaha PKL, soal rentenir dan sistem ijon dan pembinaan PKL menjadi pengusaha handal sama sekali tak muncul dari Jokowi saat makan siang dengan PKL. Demikian pula, soal.pelaksanaan Perpres RI 125/2012 tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL. Tak ada yang lain kecuali Jokowi hanya jadikan PKL sebagai alat dongkrak polpularitas disaat makin ekskalatifnya gaduh politik dan ekonomi. Oleh karena itu, APKLI sangat kecewa dan mengecamnya,” sambung pria berkumis asal Mojokerto itu.
Pihaknya menegaskan bahwa, PKL lebih membutuhkan bukti dari janji kampanye Joko Widodo daripada sekedar undangan makan siang di Istana Negara.
“PKL butuh bukti, bukan setumpuk puisi janji-janji palsu. PKL tak butuh makan siang dimanapun dan dengan siapapun, tak terkecuali tak butuh makan siang di Istana Negara dengan Presiden. Para PKL membutuhkan kepastian BISA JUALAN, Kepastian tak digusur pemerintah. Kami tegaskan, sampai saat ini PKL belum merdeka, masih menderita di negeri sendiri dan masih dijajah oleh pemimpinnya sendiri,” pungkas Ali.
(am/bti)