JAKARTA – Konstelasi politik ibukota Jakarta makin memanas padahal pemilihan Gubernur masih Februari 2017 mendatang. Sampai saat ini bermunculan berbagai bakal kandidat yang akan berkompetisi di luar petahana Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok. Beberapa di antaranya Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga S. Uno, sampai ustadz kondang Yusuf Mansur bahkan walikota Surabaya Risma Trimaharini.
Uniknya sampai saat ini, belum ada kandidat yang diusung resmi partai politik walaupun masa pendaftaran kandidat masih pertengahan 2016. Partai politik (parpol) terkesan tengah memantau popularitas dan elektabilitas para calon kandidat di luar petahana. Apalagi parpol diduga kuat sangat anti akan incumbent mengingat isu deparpolisasi yang sempat berhembus akibat “aksi” Ahok sebagai petahana beberapa waktu silam.
Tetapi dibalik itu semua ada analisis menarik dari CEO Sang Gerilya Institute, Indra J. Piliang. Tokoh berdarah Minang tersebut menyatakan bahwa parpol akan lebih memilih untuk mengusung kandidat yang bukan berlatar parpol.
“Ada kepentingan parpol untuk Pileg dan Pilpres Serentak 2019. Parpol akan mengusung kandidat atau tokoh baru yang tidak ada ‘bau-bau’nya dengan parpol. Demi kepentingan lebih besar itu Jakarta bisa dilepas. Disterilisasi,” ujar Indra J. Piliang, Minggu (24/4/2016).
Menurut Indra J. Piliang, parpol besar pasti memiliki agenda nasional untuk Pilgub DKI 2017 makanya Pilkada di ibukota ini akan dibuat seolah-olah sebagai Pileg dan Pilpres sela.
“Analisis kami dari Sang Gerilya Institute, Pilgub DKI ini adalah Pemilu Sela atau Konvensi Pilpres 2019,” pungkasnya.
(bm/bti)