
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Malam di langit Surabaya berubah menjadi kanvas bercahaya. Ratusan drone menari, membentuk kaligrafi “Allah” dan “Muhammad” di angkasa, mengundang decak kagum ribuan pasang mata yang menyaksikan. Pertunjukan langit itu bukan sekadar atraksi teknologi, melainkan penanda lahirnya Pesantren Digipreneurs “Al-Yasmin” Surabaya, yang sekaligus memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk konfigurasi drone terbanyak dalam satu pertunjukan.
“MURI mencatat momen bersejarah yang belum pernah terjadi di Indonesia. Kalau biasanya peresmian pesantren dilakukan dengan memukul beduk, kali ini justru dengan pertunjukan drone light show,” ujar Manajer Senior MURI, Triyono, seusai penyerahan piagam penghargaan MURI No. 12502/R.MURI/XI/2025, Senin (10/11/2025) malam.
Piagam penghargaan yang ditandatangani Ketua Umum MURI Prof. Dr. (HC) K.P. Jaya Suprana itu diserahkan kepada Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, sebelum kemudian diserahkan secara simbolis kepada sutradara pertunjukan, Muhammad Rizky Kevin.
Khofifah menyebut pertunjukan itu sebagai simbol lahirnya pesantren anti-mainstream yakni pesantren yang berani memadukan nilai-nilai iman dengan kecanggihan teknologi. “Ini adalah perwujudan sinergi antara ilmu, iman, dan inovasi. Pesantren harus bisa menjadi pelopor perubahan di era digital,” ujarnya.
Triyono menambahkan, pencapaian itu diharapkan menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lain dalam menyikapi kemajuan zaman. “Pesantren Al-Yasmin membuktikan bahwa tradisi dan teknologi bisa berjalan seiring, melahirkan inovasi yang bermanfaat bagi negeri,” katanya.
Sementara itu, dalam keterangannya pada media ini, Selasa (11/11/2025) malam, Helmi M. Noor, pengasuh Pesantren Digipreneurs Al-Yasmin, menjelaskan bahwa lembaganya lahir dari gagasan untuk menjembatani spiritualitas dan keterampilan digital. “Kami tidak ingin santri hanya cakap dalam agama, tetapi juga unggul secara digital dan berjiwa wirausaha,” ujarnya.

Menurut Helmi, Al-Yasmin berkomitmen mencetak santri bertalenta penuh prestasi melalui tiga pilar utama: inovasi, kolaborasi, dan nilai keislaman. “Kami ingin membentuk generasi santri yang kreatif, berakhlak, dan berdaya saing global,” katanya.
Pertunjukan konfigurasi drone yang berlangsung sekitar 15 menit itu menampilkan formasi cahaya bertema keislaman dan nasionalisme. Selain kaligrafi “Allah” dan “Muhammad”, drone juga membentuk siluet santri dan lambang pesantren. Acara peresmian tersebut turut dihadiri oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Sekretaris PWNU Jatim Dr. H.M. Faqih.
Dengan rekor MURI di tangan, Pesantren Al-Yasmin menandai babak baru pendidikan pesantren di Indonesia, dari langgar ke laboratorium, dari kitab ke kode dan dari beduk ke cahaya drone yang menari di langit.(*)
Kontributor: Al-Yasmin
Editor: Abdel Rafi



