Thursday, April 18, 2024
HomeEkonomikaPemerintah Diminta Hati-Hati Dalam Tentukan Tarif BBM

Pemerintah Diminta Hati-Hati Dalam Tentukan Tarif BBM

(foto: merdeka.com)
(foto: merdeka.com)

JAKARTA – Jelang evaluasi dalam penetapan harga BBM yang dilakukan setiap triwulan, Pemerintah diminta untuk waspada. Pada April 2016 mendatang sesuai rencana, akan ada evaluasi harga jual BBM.

Menurut Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean, apabila mengacu rata-rata harga MOPS (Mean of Plats Singapore) pada Januari-Maret 2016 maka harga jual BBM semestinya bisa diturunkan bahkan lebih dari Rp 1.000/liter. Tapi Ferdinand meminta Pemerintah untuk bijaksana dan menggunakan pertimbangan kestabilan harga daripada memasuki harga pasar yang tidak menentu.

Ferdinand menyatakan jika melihat tren harga minyak dunia, maka bulan puasa dan lebaran nanti harga BBM seharusnya naik karena rata-rata harga crude cenderung dikisaran USD 40/barel. Hal itu berbeda dengan Januari-Maret 2016 yang jatuh terendah diangka USD 27/barel.

“Sangat beresiko bila Pemerintah menurunkan harga BBM terlalu jauh pada April mendatang. Resikonya nanti akan berdampak besar ketika harga harus naik jelang lebaran, tentu ini akan sangat memukul daya beli masyarakat,” ujar Ferdinand di Jakarta, Senin (28/3/2016).

Pihak EWI menyarakan Pemerintah lebih baik tidak menurunkan harga BBM sesuai harga keekonomian karena melihat ada beberapa faktor yang sangat vital bagi kestabilan pasar. Pertama, penurunan harga BBM belum berdampak pada penurunan harga bahan bahan pokok di pasar. Kedua, penurunan harga BBM di tengah kemampuan daya beli masyarakat yang sudah nyaman dengan harga sekarang tidak perlu diganggu.

Selain itu masih berdasarkan penjelasan Ferdinand, bisnis Pertamina terutama penjualan BBM lainnya seperti Pertalite dan Pertamax akan terganggu karena harga cukup jauh selisihnya, sementara Pertamina harus mensubsidi silang hulu yang hampir pasti rugi di tengah anjloknya harga minyak dunia. Sementara terkait hasil keuntungan harga jual BBM saat ini, menurut Ferdinand bisa ditempatkan pada pos dana stabilisasi harga ketika harga minyak harus naik jelang lebaran.

“Sehingga pada saat harus naik, maka harga BBM tidak perlu dinaikkan karena sudah ada dana bantalannya, dengan demikian tidak terjadi lonjakan harga yang tidak terkendali jelang lebaran,” imbuhnya.

Faktor terakhir mengapa pihak EWI menyarankan Pemerintah untuk memilih opsi tidak menurunkan harga BBM pada April mendatang karena menilai keuntungan Pertamina juga bisa dialihkan pada program pengembangan energi baru.

“Kami sarankan Premium turun maksimal Rp 500/liter, jangan lebih dari itu, atau ditetapkan flat diangka Rp 7.000/liter lebih rasional. Harga ini tidak akan berubah hingga akhir tahun,” yakin Ferdinand.

Bagi pihak EWI, kestabilan harga lebih penting untuk publik daripada sekadar mengikuti tren fluktuasi harga minyak dunia sehingga opsi tidak menurunkan harga BBM pada April mendatang lebih disarankan untuk diambil Pemerintah.

(bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular