Trenggalek, – Guna mengoptimalkan sampah organik menjadi pupuk yang bernilai guna dan dapat dikonsumsi hewan ternak warga, tim akademisi dari UPN Veteran Jatim, Universitas Telkom (Tel-U) Surabaya dan Yayasan Abyakta Acitya Bhumi (Akta Bumi) memberikan edukasi dan pelatihan serta pendampingan mengenai manajemen Bank Sampah bagi warga di Dusun Krajan, Desa Tegaren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur, pada Minggu (18/8/2024). Acara tersebut dilaksanakan di rumah salah satu warga.
Saat dikonfirmasi media ini, pada Rabu (18/8/2024), akademisi UPN Veteran Jatim, Praja Firdaus Nuryananda, mengatakan bahwa selain memberikan pendampingan bank sampah, kegiatan tersebut juga memberikan edukasi mengenai pentingnya kesadaran bagi warga untuk membayar iuran sampah bulanan ke petugas kebersihan.
Pada saat sesi diskusi, lanjut Praja -sapaan akrabnya-, mengatakan terdapat Mariyanto, salah satu petugas kebersihan Desa Tegaren bernama Mariyant yang menyampaikan keluhannya. “Ada banyak kendala dalam pembayaran petugas sampah dari pihak desa sehingga saya sulit untuk memperbaiki kendaraan angkut sampah yang sudah rusak karena kendala uang yang sulit turun dari desa” ujarnya mengutip pernyataan Mariyanto.
Mariyanto, lanjutnya, juga mengeluhkan soal keterlibatan petugas kebersihan yang belum sama sekali dilibatkan untuk pelatihan atau pendampingan dalam hal pengelolaan sampah.
Dalam sesi diskusi sebelum pemberian pendampingan, Ketua RT 02, lanjutnya, juga mengeluhkan adanya keterlambatan pembayaran beberapa warga untuk membayar sampah bulanan.
Karena itu, dalam sesi pelaksanaan pendampingan Bank Sampah tersebut, dirinya, lanjut Praja, ada pemberian satu ember untuk satu rumah yang berfungsi untuk menampung sampah organik dan akan diambil setiap sore oleh Pihak Kebersihan Desa. “Masyarakat diberikan pengarahan untuk lebih bijak dalam memilah sampah organik dan anorganik. Hal ini karena, masyarakat Desa Tegaren khususnya di RT 02 Dusun Krajan cenderung sudah mengerti tentang program pemilahan sampah yang baik dan benar,” imbuh Praja.
Apalagi hal tersebut, lanjutnya, dipertegas oleh Kepala Desa Tegaren, Heri Supriyanto yang menegaskan bahwa masyarakat RT 02 menjadi contoh dari 12 RT lainnya di desa yang dipimpin dalam memilah dan mengolah sampah dengan baik dan benar.
Dalam kesempatan tersebut, pihak Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Trenggalek yang juga turut hadir mendampingi memberikan edukasi bahwasanya pembakaran sampah yang biasa dilakukan oleh warga desa merupakan suatu tindakan yang salah. Karena itu, mereka berpesan agar warga Desa Tegaren selalu menimbun sampah organik seperti daun-daun kering agar terurai sendiri tanpa membakarnya karena dapat meningkatkan polusi udara di lingkungan sekitar.
“Dari adanya bank sampah yang mulai dikembangkan kembali oleh masyarakat Desa Tegaren dengan didampingi oleh akademisi diharapkan dapat lebih bijak dalam memanfaatkan sampah organik atau sampah dapur yang dikelola warga agar menjadi pupuk untuk pakan ternak. Hal ini menyadarkan kita bahwa sesuatu yang kecil dan tidak bernilai juga akan memiliki nilai guna jika dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kebutuhan,” ujar Praja mengutip pesan pihak Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Trenggalek.
Praja juga membeberkan bahwa dalam pemberian edukasi dan pendampingan mengenai Bank Sampah tersebut terdapat fakta unik. Seperti misalnya yang diungkapkan oleh Sutrianik, seorang ibu rumah tangga yang mengatakan bahwa selama di desanya sudah ada iuran pengelolaan sampah. Dirinya mendapatkan kabar dari pihak Pemerintah Desa jika pengelolaan sampah nanti akan memfungsikan Bank Sampah Insan Berdaya. Meskipun ia menilai hal tersebut merupakan hal yang positif, tapi memang masyarakat masih merasa terlalu berat jika ada iuran per bulan dan ia pun juga kurang tahu bagaimana ke depannya.
“Memang harus kita akui bahwa kesadaran masyarakat desa terkait pengelolaan sampah yang tersistem masih kurang, apalagi urgensi untuk mengelola sampah ketika masih banyak lahan kosong. Ini perkara mindset dan pada pendampingan ini kita berusaha berkomunikasi dengan intensif agar mendapatkan pemahaman yang sama. Ini kerja maraton bagi kami, tidak bisa instan dan langsung selesai,” pungkas Praja menanggapi respon warga Desa Tegaren tersebut.
(praj/rafel)