JAKARTA – Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Ryamizard Ryacudu melihat tren perang ke depan sudah bukan lagi soal alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang paling maju. Menurutnya, perang masa depan yakni peperangan ideologi, atau cuci otak. Kekuatan diukur dari seberapa besar pengaruh mempengaruhi lawan. Dengan pengaruh yang kuat dari ideologi tertentu, segala aspek negara bisa saja diruntuhkan. Terlebih jika anak mudanya mudah dipengaruhi dan terhasut. Karena itulah, Ryamizard menilai alutsista bukan satu-satunya senjata.
“Kalau sekarang, bom uda ga ngaruh, kalau cuci otak berpengaruh ke semuanya,” tutur Ryamizard kepada wartawan di Jakarta, Jumat (13/11).
Pernyataan Menhan bukan tanpa dasar, banyak korban warga Indonesia (WNI) yang terperangkap pengaruh ideologi radikal. Ujungnya, mereka berangkat ke Iraq dan menyeberang ke Syria untuk bergabung dengan kelompok radikal. Mereka rela menjual harta benda dan meninggalkan seluruh keluarganya dengan dalih jihad.
Hal inilah yang ingin dicegah oleh pemerintah Indonesia, khususnya menanamkan cinta tanah air sejak dini pada masyarakat. Menhan percaya, jika rasa cinta itu dipupuk sejak dini, maka masyarakat tak mudah dihasut oleh pihak lain. Salah satunya yang digadang-gadang sebagai program pemupukan cinta tanah air yakni bela negara.
“Makanya, cuci otak harus dilawan dengan bagaimana mencintai dan rela berkorban pada negara,” pungkas mantan KASAD itu.
(msa/bti)