
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Perjalanan ribuan kilometer dari Palembang, Sumatra Selatan, ke Surabaya bukan sekadar perpindahan kota bagi N. Azza Fathya Nadra. Bagi pelajar SMA Kusuma Bangsa Palembang itu, perjalanan tersebut adalah bagian dari ikhtiar panjang mengejar satu mimpi yakni menembus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR).
Fathya datang ke Surabaya untuk mengikuti Olimpiade Sains Airlangga (OSA) 2025. Ia menjadi satu-satunya siswa dari sekolahnya yang berangkat mengikuti ajang bergengsi tersebut, yang ia jadikan sebagai salah satu jalur prestasi untuk membuka peluang masuk perguruan tinggi negeri.
“Target saya mengikuti OSA karena ingin mencoba jalur golden ticket. Saya memang ingin masuk Fakultas Kedokteran UNAIR. Untuk sekarang, saya ingin fokus mencoba jalur itu terlebih dahulu,” ujar Fathya, Sabtu (13/12/2025).
Ketertarikan Fathya pada UNAIR telah tumbuh sejak ia duduk di bangku kelas XI. Saat liburan sekolah, ia mulai menelusuri berbagai jalur seleksi masuk perguruan tinggi, khususnya fakultas kedokteran di sejumlah universitas. Dari proses pencarian itu, UNAIR menjadi pilihan yang kian menguat.
“Ada kakak kelas yang kuliah di UNAIR. Itu juga menjadi motivasi saya,” katanya.
Untuk mengikuti OSA 2025, Fathya menempuh perjalanan udara dari Palembang ke Surabaya bersama sang ibu. Di tengah padatnya agenda sekolah dan ujian akhir semester, ia tetap menyisihkan waktu untuk mempersiapkan diri.
Persiapan menuju fakultas kedokteran sejatinya telah ia mulai sejak kelas XI. Fathya aktif mengikuti berbagai kompetisi, seperti olimpiade biologi dan lomba-lomba yang berkaitan dengan bidang kedokteran. Ia juga pernah mengikuti lomba secara beregu, meski akhirnya tidak berlanjut karena kendala jarak.
“Tantangannya, OSA dilaksanakan di tengah Desember, sementara sebelumnya ada ujian akhir semester. Jadi waktu belajarnya tidak terlalu panjang,” ujarnya.
OSA 2025 menjadi pengalaman pertama sekaligus terakhir bagi Fathya. Tahun sebelumnya, ia telah mengetahui ajang ini, namun memilih menunda karena merasa belum memiliki persiapan yang matang. Kini, di kelas XII, kesempatan itu tak ingin ia lewatkan.
“Ini pertama kali sekaligus kesempatan terakhir saya mengikuti OSA,” katanya.
Terkait pelaksanaan lomba, Fathya menilai pengawasan berlangsung ketat. Peserta tidak diperkenankan membawa barang apa pun ke ruang ujian, sementara seluruh alat tulis telah disediakan panitia. Materi soal dinilainya menantang, mencakup pelajaran dari kelas X hingga XII.
“Tantangan paling terasa saat mengerjakan Matematika. Tapi insyaallah saya optimistis bisa mendapatkan hasil terbaik,” ujarnya.
Harapan Fathya sederhana, namun penuh makna: hasil maksimal dari OSA 2025 yang dapat membawanya selangkah lebih dekat ke Fakultas Kedokteran UNAIR. “Semoga bisa mendapatkan hasil terbaik dan, insyaAllah, meraih golden ticket,” katanya.
Untuk diketahui, Olimpiade Sains Airlangga atau OSA merupakan ajang bergengsi bagi pelajar SMA untuk mengukur kemampuan akademik sekaligus memperkuat portofolio prestasi menuju perguruan tinggi. Tahun ini, OSA 2025 diikuti oleh 6.206 peserta dari 23 provinsi di Indonesia. Peserta datang tidak hanya dari Pulau Jawa, tetapi juga dari Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Sumatra, Maluku, Kepulauan Riau, Bengkulu, hingga luar negeri, yakni Kuala Lumpur, Malaysia.
Antusiasme tinggi juga terlihat dari Jawa Timur, dengan banyak sekolah datang secara berombongan menggunakan bus. Melalui ajang ini, UNAIR menegaskan komitmennya membuka akses dan kesempatan yang setara bagi pelajar dari seluruh penjuru Tanah Air, termasuk mereka yang menempuh jarak jauh demi sebuah mimpi seperti Fathya. (*)
Editor: Tommy dan Abdel Rafi



