JAKARTA – Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur (Jatim) baru akan dihelat tahun depan tetapi suhu politik provinsi ujung timur Jawa ini sudah memanas dalam sebulan terakhir. Pengamat politik Ziyad Falahi menyatakan tak kuasa “melawan” supremasi calon petahana, Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul. Menurut pria yang juga pengajar di Universitas Al-Azhar Indonesia ini, PKB dan PDIP adalah dua partai terbesar di Jatim dengan perolehan 20 kursi dan 19 kursi di legislatif Jatim.
“PDIP dan PKB memiliki track record paling intens memenangkan kadernya di PIlkada. Namun ironinya, hingga kini PDIP dan PKB bahkan Gerindra yang sesumbar akan mencalonkan kadernya juga tak kuasa melawan supremasi seorang Gus Ipul,” ujar Ziyad kepada redaksi cakrawarta, Selasa (13/6/2017).
Bagi Ziyad, tentunya akan mengecewakan jika Jatim sebagai provinsi dengan massa pemilih terbesar setelah Jawa Barat harus menghadapkan Gus Ipul dengan kotak kosong.
“Memang berdasarkan survei Poltracking terbaru, Gus Ipul masih menjadi calon terkuat. Namun di belakangnya, hanya terpaut tidak jauh dengan Tri rismaharini dan Khofifah yang masih berpeluang,” imbuh pria asal Sidoarjo ini.
Alumnus FISIP Unair dan UI ini mengingatkan bahwa awal yang terlalu mulus ini bisa saja justru menyebabkan Gus Ipul “terpeleset”. Menurutnya, elektabilitas Gus Ipul ibarat balon yang terlalu lama dipompa dan berpeluang “meletus” jika muncul figur yang fresh dan smart. Pasalnya, pendaftaran calon kepala daerah di KPUD Jatim masih setengah tahun lagi sehingga menurut Ziyad efek kejenuhan sangat mungkin terjadi.
“Apalagi jika kebiasaan partai politik untuk mendaftarkan pasangan calon mendekati hari H kumat secara tiba-tiba,” tegasnya mengingatkan.
Ziyad berargumen bahwa strategi pompa sampai meletus adalah cara paling efektif untuk “mendegradasi” Gus Ipul. Menurutnya, Gus Ipul telah sepuluh tahun menjadi wakil gubernur. Apalagi Gus Ipul dinilai sebagai putera NU yang memiliki hubungan baik dengan Megawati Soekarnoputri.
Ziyad menegaskan koalisi NU-Merah menunjukkan bagaimana sejarah berpihak pada Gus Ipul. Tetapi, PDIP dan PKB adalah partai besar yang tidak bisa dengan mudah dikendalikan Gus Ipul.
“Bagaimanapun PDIP dan PKB tak mau mengulangi kesalahan yang sama seperti Pilkada di ibukota dimana mereka mendukung calon terkuat tapi justru mengalami kekalahan,” papar Ziyad.
Oleh karena itu, Ziyad memprediksi ke depan, figur baru akan muncul dan berpotensi menjadi lawan kejutan.
“Sosok ‘satrio piningit’ akan muncul di penghujung pendaftaran KPUD untuk merusak pesta Gus Ipul,” tandas Ziyad mengakhiri pernyataannya.
(bm/bti)