Surabaya, – Rintik gerimis menemani diskusi publik yang hangat di Bento Kopi, MERR, Surabaya, pada Sabtu (23/11)2024) malam, bersama pengamat politik dan kritikus kenamaan Rocky Gerung.
Bertemakan “Mengasah Nalar Kritis Anak Muda di Era Disrupsi Informasi”, diskusi semalam memantik budaya kritis dan logis anak-anak muda di Jawa Timur khususnya arek-arek Suroboyo. Sebagaimana dipaparkan Rocky -sapaan akrab Rocky Gerung-, bahwa kita harus mampu menguji nalar kritis dengan dua cara.
“Cara menguji nalar ada dua. Logika dan dialektika. Logika dipakai untuk mencapai pikiran yang koheren. Sedangkan dialektika untuk memeriksa koherensi pikiran individu,” terang pria yang kerap melontarkan pernyataan yang mengundang kritik publik itu.
Hal ini dikuatkan oleh Airlangga Pribadi Kusman, panelis dalam diskusi semalam. Bung Angga -sapaan akrab dosen Unair itu- mengatakan bahwa nisbat orang-orang terhadap nalar kritis yang kerapkali dikaitkan dengan filsuf kenamaan Prancis, Rene Descartes.
“Rene Descartes dikenal karena ungkapannya, cogito ergo sum, yang berarti aku berpikir maka aku ada. Padahal pernyataan ini dikutip kurang lengkap. Yang benar Rene Descartes berkata seperti ini dubito, cogito ergo sum. Aku ragu, (maka) aku berpikir, (karenanya) aku ada. Artinya kita harus kritis dahulu, terhadap suatu hal,” tutur Angga.
Diskusi semalam menjadi menarik karena terlihat seperti sebuah roadshow yang “disengaja” mengingat sebelumnya baik Rocky maupun Angga nampak berkeliling di Malang sebelum ke Surabaya.
Dalam perjalanan yang nampak seperti sebuah roadshow untuk mengasah nalar kritis tersebut, Rocky dan Angga menggelitik nalar kritis publik untuk lebih detail bagaimana praktik kekuasaan dan demokrasi lebih banyak dikangkangi oleh Mulyono and the genk namun justru yang terjadi adalah perusakan demi perusakan atas nama demokrasi.
“Saya bukan menjadi juru kampanye di sini. Tetapi lebih pada ingin memutus gerak langkah Mulyono yang ingin melanggengkan dinasti melalui pelibatan banyak tokoh dalam Pilkada (serentak 2024, red.). Ini jelas berbeda,” tegas Rocky.
Rocky memberikan contoh pemimpin itu harus siap “memaki” dan “dimaki” balik oleh publik dan itu di Jawa Timur sudah ada contohnya. Karenanya, warga Jawa Timur khususnya Surabaya, lanjut Rocky, lebih tahu mana pemimpin yang telah teruji mana yang sekedar dirawat oleh Mulyono meskipun terindikasi melakukan tindakan-tindakan “tidak semestinya” sehingga kantornya sampai harus digeledah oleh KPK.
Untuk diketahui, diskusi yang dimoderatori presenter perempuan muda Agnes Santoso ini diikuti hampir 400 peserta yang notabene lintas generasi dari anak muda seperti mahasiswa hingga paruh baya. Atmosfer hangatnya diskusi lintas generasi ini terasa hingga sesi diskusi yang ramai penanggap, tidak hanya bertanya namun juga mengomentari bahkan berposisi berseberangan dengan Bung Rocky dan Bung Angga. (***)
Reporter: Abdel Rafi
Editor: Tommy
Foto: Tommy