Saturday, October 25, 2025
spot_img
HomeInternasional“Indonesian Extravaganza” di UNESCO Paris: Saat Warisan Budaya Nusantara Memukau Dunia

“Indonesian Extravaganza” di UNESCO Paris: Saat Warisan Budaya Nusantara Memukau Dunia

Penampilan para diaspora Indonesia melalui Reog Ponorogo menjadi salah satu atraksi yang memukau para tamu undangan dalam acara “Premier du Indonesian Extravaganza” di Markas Besar UNESCO, Paris, Prancis. (foto: Perwakilan Tetap Indonesia di UNESCO for Cakrawarta)

PARIS, CAKRAWARTA.com – Panggung megah Markas Besar UNESCO di Paris itu berubah menjadi lautan warna dan harmoni Nusantara. Dalam acara bertajuk Premier du Indonesian Extravaganza”, Indonesia menampilkan kekayaan warisan budayanya di hadapan dunia. Acara ini sekaligus menjadi perayaan 75 tahun keanggotaan Indonesia di UNESCO dan momentum penting dalam mendukung pencalonan Indonesia sebagai anggota Komite Antarpemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Takbenda periode 2026-2030.

Diselenggarakan oleh Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk UNESCO, kegiatan ini dihadiri sekitar 250 tamu undangan, terdiri dari duta besar dan perwakilan tetap negara-negara anggota UNESCO yang tengah mengikuti Sidang Komite Eksekutif UNESCO pada 1-16 Oktober 2025.

Dalam keterangann tertulis yang diterima redaksi, Kamis (16/10/2025) dini hari, Ketua Pelaksana Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Dr. Ananto Kusumaseta, membuka acara dengan menegaskan komitmen Indonesia dalam melestarikan dan memajukan warisan budaya takbenda (WBTb).

“Seni dan budaya Indonesia bukan hanya pertunjukan, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Di situlah nilai sejati warisan budaya kita,” ujarnya.

Apresiasi tinggi datang dari Sekretaris Konvensi 2003 tentang Pelindungan Warisan Budaya Takbenda, Fumiko Ohinata, yang hadir mewakili Direktur Jenderal UNESCO.

“Indonesia adalah museum hidup yang luar biasa. UNESCO berterima kasih atas dedikasi dan kerja keras Indonesia menjaga warisan budayanya,” tuturnya.

Sorotan para tamu undangan pun atuh pada tiga penampilan utama yaitu Tari Saman dari Aceh yang diakui UNESCO sejak 2011 sebagai Warisan Budaya Takbenda yang Memerlukan Pelindungan Mendesak; Tari Legong Keraton Bali yang diinskripsi pada 2015; dan Reog Ponorogo, yang resmi mendapat pengakuan UNESCO pada 2024.

Ketiga tarian tersebut dibawakan dengan penuh pesona oleh diaspora Indonesia di Paris dari Sanggar Tari Pantja Indra, serta dua seniman Reog yang datang langsung dari Ponorogo, berkat dukungan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan Kementerian Kebudayaan RI.

Selain suguhan seni, para tamu juga disambut aroma rempah dan jamu Nusantara. Goodie bag berisi souvenir tradisional dan produk jamu, yang telah diakui UNESCO sejak 2023, dibagikan kepada para undangan. Produk jamu ini disiapkan oleh Dewan Jamu Indonesia dan Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GP Jamu).

Diplomasi Budaya dan Komitmen Indonesia

IGAK Satrya Wibawa, Duta Besar dan Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, menjelaskan bahwa acara ini menjadi penanda dimulainya kampanye Indonesia menuju keanggotaan Komite Antarpemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Takbenda periode 2026-2030.

IGAK Satrya Wibawa (kanan). (Foto: Perwakilan Tetap Indonesia di UNESCO for Cakrawarta)

“Kami menghadirkan Indonesia di jantung UNESCO melalui seni pertunjukan, kuliner, dan jamu, simbol kekuatan budaya yang menyatukan,” ujar Satrya, yang juga dosen Departemen Komunikasi FISIP Universitas Airlangga.

Ia menambahkan, penampilan Saman dan Reog yang masuk kategori Urgent Safeguarding List merupakan wujud nyata keseriusan Indonesia menjaga kelestarian budayanya.

“Namun, kita juga harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi agar generasi muda tetap mencintai budaya tradisional,” tegasnya.

Melalui kurasi pertunjukan yang merepresentasikan identitas, kreativitas, dan semangat kebersamaan, Indonesian Extravaganza menegaskan bahwa warisan budaya takbenda Indonesia hidup dan relevan di tengah arus globalisasi.

“Kolaborasi adalah kunci untuk menjaga warisan budaya dunia. Melalui acara ini, Indonesia berkontribusi aktif dalam ekosistem kebudayaan UNESCO,” pungkas Satrya. (*)

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular