Sunday, April 28, 2024
HomeSains TeknologiKesehatanIndonesia Alami KLB, Pakar: Terdisrupsi Pandemi Covid-19, Cakupan Vaksin Polio Rendah!

Indonesia Alami KLB, Pakar: Terdisrupsi Pandemi Covid-19, Cakupan Vaksin Polio Rendah!

SURABAYA – Pasca ditemukannya satu kasus polio di Kabupaten Pidie Provinsi Nanggro Aceh Darussalam, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menetapkan KLB Polio atau kejadian luar biasa agar kemudian menjdi perhatian serius semua termasuk Pemda dan masyarakat. Hal ini mengingat pada 2014 lalu, Indonesia telah menerima sertifikat eradikasi polio dari badan kesehatan dunia (WHO) sebagai tanda bahwa bebas dari penyakit polio.

Menanggapi hal tersebut, pakar epidemiologi Universitas Airlangga, Dr. dr. M Atho’illah Isvandiary, M.Si., mengatakan bahwa kemunculan kasus di Kabupaten Pidi tersebut bisa jadi bukan tipe strain 2 dan 3 yang mana Indonesia telah mendapatkan sertifikat eradikasi itu.

“Iya… Ini menarik sebenarnya. Dari 3 strain virus polio, dikatakan bahwa strain 2 dan 3 sudah tereradikasi, sehingga saat ini kalau ada kasus polio, mestinya tinggal strain 1 penyebabnya,” ujar dokter Atok -sapaan akrabnya- kepada cakrawarta.com, Senin (21/11/2022).

Menurut dosen epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) itu, tereradikasinya strain 2 dan 3 faktor terbesarnya adalah vaksinasi, didukung dengan diperbaikinya hygiene dan sanitasi.

“Karena pada dasarnya polio itu adalah virus yang menyerang lewat saluran cerna, sehingga semakin orang mengkonsumsi makanan dan air bersih atau dimasak serta cuci tangan dengan sabun sebelum makan, maka proses penularannya bisa diputus,” paparnya.

Dokter Atok memaparkan bahwa faktor program vaksinasi menjadi langkah penting dalam kasus ini, karena di Eropa dan (awalnya) di Amerika Serikat, polio sudah tereradikasi karena program vaksinasinya berjalan bagus.

“Tinggal di Afghanistan dan Pakistan dimana kasus polio masih endemis karena penolakan terhadap vaksinasi cukup kuat,” tukasnya.

Indonesia yang pernah mendapatkan sertifikat eradikasi polio tetapi masih bisa muncul kasus kembali tetap terbuka kemungkinan untuk muncul kasus kembali.

“Kenapa bisa muncul kembali padahal sudah tereradikasi? Bahwa (awalnya) di Amerika saja yang sudah tereradikasi tapi kini muncul lagi karena beberapa bulan yang lalu ditemukan virus polio di sampel air yang ada di saluran air di kota New York,” sebutnya.

Karena itu, Dokter Atok menilai bahwa vaksinasi penting dilakukan dan semakin digencarkan di Indonesia, karena meskipun pernah menyandang status tereradikasi di tahun 2014, kenyataannya di tahun 2018 lalu di Papua juga ditemukan kembali kasus polio dan sekarang di Aceh.

“Untuk potensi KLB di daerah selain Papua, saya kira ini terkait status cakupan vaksinasinya saja. Apalagi untuk kasus Aceh, cakupan vaksinasinya se-Indonesia terendah pada tahun 2021 lalu,” paparnya.

Sementara itu, terkait cakupan vaksinasi yang rendah, menurut dokter Atok bisa disebabkan banyak hal termasuk tipe vaksin dari injeksi ke oral.

“Salah satunya ya terdisrupsi oleh pandemi Covid-29, dan sebenarnya yang menjadi target saat ini adalah IPV yang merupakan tipe vaksin injeksi bukan tipe OPV yang bersifat oral alias diteteskan di mulut dan karenanya cakupannya jadi lebih rendah lagi,” pungkasnya.

Untuk diketahui, sebelumnya, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu menyatakan 415 kabupaten di 30 provinsi cakupan vaksin polionya memang rendah dan sangat memprihatinkan.

“Ya kalau melihat cakupan vaksin polio baik IPV dan OPV memang seluruh Indonesia rendah,” ujar Maxi pada Sabtu (19/11/2022) akhir pekan lalu.

(bus/bti)

RELATED ARTICLES

5 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular