Friday, April 19, 2024
HomeHiburanGuru Besar Ekonomi Ini Pinta Mahasiswa Tidak Kebanyakan Gaya

Guru Besar Ekonomi Ini Pinta Mahasiswa Tidak Kebanyakan Gaya

ilustrasi. (foto: istimewa/istockphoto)

SURABAYA – Keuangan kerap kali menjadi hal yang kompleks bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi para mahasiswa. Mahasiswa dikenal sebagai generasi yang berani mengambil risiko, namun juga dianggap generasi yang konsumtif. Hal itu didorong perkembangan lifestyle dan pengaruh budaya digital. Perilaku konsumtif tidak bisa dihindarkan dan melekat pada tiap individu, karena pada dasarnya manusia tidak pernah puas.

Pengamat ekonomi senior Prof. Dr. Rudi Purwono, SE., MSE mengatakan bahwa pengeluaran harus sesuai dengan pemasukan keuangan yang diterima. Untuk itu, sebagai seorang mahasiswa harus jeli dalam melihat sumber pendapatan, terlebih belum mempunyai penghasilan sendiri.

“Masih muda jangan sampai mengalami lebih besar pasak dari pada tiang,” ujar Prof. Rudi pada media ini, Ahad (1/1/2023) pagi.

Prof. Rudi meminta anak muda khususnya mahasiswa untuk mempertimbangkan apa yang dibeli menjadi kebutuhan dan jangka masa yang akan mendatang.

“Perhatikan keuangan, agar seimbang antara pendapatan dan pengeluaran. Jangan hanya mengikuti hawa nafsu belaka berlebihan ataupun adu saing dengan orang lain,” tegasnya menambahkan.

Pasca pandemi Covid-19, pusat perbelanjaaan mengalami tekanan daya masyarakat yang tinggi. Produsen menawarkan diskon dan promo besar-besaran. Apalagi kebijakan PPKM telah dicabut oleh pemerintahan Joko Widodo dan masyarakat tengah bersiap menyambut pergantian tahun.

“Sebagai konsumen yang baik, perlu untuk mencatat kebutuhan barang yang akan dibeli,” tukasnya.

Prof. Rudi menegaskan bahwa banyak cara yang dapat dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan potensi diri menyiapkan resolusi tahun depan tanpa menjadi konsumtif.

“Misalkan menyibukkan diri untuk mendalami course bahasa asing, menulis, mengulik tentang ilmu investasi pasar modal atau belajar ilmu wirausaha agar tidak hanya menjadi konsumen melainkan produsen juga,” sarannya.

Prof. Rudi juga menyoroti program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menerbitkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Kegiatan yang diadakan di luar program studi ini dapat mengimplementasikan hardskill dan softskill para mahasiswa.

“Harapannya bisa menjadi nilai tambah mahasiswa untuk menyelami proses kehidupan riil, memperhatikan koridor-koridor terutama kegiatan ekonomi dan memulai kreativitas usaha,” kata guru besar ilmu ekonomi FEB Unair itu.

Prof. Rudi juga menyoroti pentingnya dana darurat atau motif berjaga-jaga menjadi penting pula untuk disisihkan sebagai antisipasi pada hari mendatang semisal tiba-tiba sakit atau muncul pengeluaran yang mendesak tak terduga.

Selain itu, mahasiswa perlu untuk melek keuangan dengan menyisihkan uang tabungan dan dana investasi.

“Perlu digarisbawahi, untuk memulai investasi jangan hanya mengikuti kebanyakan tren tanpa mengetahui ilmunya. Terdapat tahapan-tahapan sebagai pemula untuk memilih investasi yang tepat dan menyesuaikan budget yang dimiliki mahasiswa. Saat investasi saham jangan pakai dana pinjaman, karena berisiko tinggi. Gunakan anggaran yang tersisa dan bersifat pasif,” pungkasnya.

(bus/pkip/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular