
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Tanpa banyak sorotan, GC Gamingstore muncul sebagai kejutan besar di ajang KMI Expo 2025. Beroperasi di ceruk pasar top up gim yang kerap dianggap padat dan tidak inovatif, tim muda ini justru melesat hingga meraih Juara 2 Bidang Bisnis dan Digital Tahapan Bertumbuh, mengungguli puluhan inovator dari berbagai kampus.
Tim tersebut dipimpin Pandika Ardi, mahasiswa Universitas Airlangga angkatan 2022, bersama empat rekannya yakni Putra Anindita, Martliana Putri, Alwan Hakim Ramadhani, dan Alam Syah Ramadhani, dengan bimbingan dosen Faried Effendy. Dari kerja kolektif inilah strategi “sunyi” yang tanpa kampanye agresif atau gimmick mencolok, mulai membuahkan hasil.
GC Gamingstore beroperasi sebagai platform top up gim online yang menyediakan lebih dari 50 item gim dari berbagai server dan metode pembayaran. Targetnya jelas yakni gamer RPG dan MOBA berusia 17-40 tahun, segmen yang kerap mengalami masalah akses pembayaran.
“Banyak gamer kesulitan top up karena metode pembayaran terbatas dan harga item yang tidak ramah pasar. Kami ingin hadir sebagai solusi,” kata Pandika, Selasa (25/11/2025).
Di balik tampilan sederhana, tim menyisipkan pembeda yang jarang disentuh kompetitor: layanan konsultasi untuk gamer yang ingin meningkatkan performa permainan atau memahami strategi gim secara lebih mendalam. Layanan inilah yang kemudian menjadi daya tarik unik GC Gamingstore.
Inovasi Senyap yang Justru Ampuh
Masuk ke tahap bertumbuh, tim memilih fokus pada penguatan pengalaman pengguna. Alih-alih membangun kampanye besar, mereka menambah fitur yang menyentuh titik masalah inti pengguna: berita gim, testimoni, pengaturan server, dan ikon produk.
“Fitur ini langsung memperbaiki pengalaman transaksi dan menurunkan angka kegagalan,” ujar Pandika.
Pendekatan minimalis namun solutif itu memikat juri. Mereka melihat GC Gamingstore sebagai usaha rintisan yang tidak hanya menjual produk, tetapi memahami persoalan komunitas gamer dan menyajikan solusi konkret.
Kesuksesan itu bukan tanpa ketegangan. Di balik layar, tim harus berpacu dengan waktu menyelesaikan dokumen legalitas, menata manajemen internal, dan mempersiapkan penjurian yang semuanya berjalan hampir bersamaan. Pengalaman itu memaksa mereka mengasah disiplin koordinasi dan pembagian tugas.
Hasilnya, GC Gamingstore kini berbadan hukum resmi sebagai PT Ardata Digital Inovasi. Status tersebut membuka jalan pengembangan yang lebih ambisius yaitu pembangunan website terpadu, integrasi laporan keuangan otomatis, hingga rencana ekspansi ke merchandise, OST gim, dan layanan desain karakter.
Bagi Pandika, perjalanan ini mengajarkan bahwa pembangunan bisnis tidak hanya soal membidik pelanggan. “Tantangannya justru pada SDM, legalitas, sampai proyeksi keuangan,” ucapnya.
Ia mengucapkan terima kasih kepada keluarga, dosen pembimbing, dan Direktorat Kemahasiswaan yang menopang perjalanan tim hingga babak final.
Kepada mahasiswa yang ingin merintis usaha, Pandika mengirim pesan sederhana namun kuat yaitu bahwa, “Bisnis itu sulit, jadi butuh harapan dan keyakinan yang kokoh. Saya terinspirasi dari lagu Hope Is The Thing With Feathers dari Honkai Star Rail. Itu mengingatkan saya untuk percaya proses dan tidak menyerah.”
Dengan strategi yang tenang namun terarah, GC Gamingstore membuktikan bahwa inovasi tak selalu lahir dengan keramaian. Kadang, justru strategi sunyi yang membawa mereka melampaui puluhan inovator lain di panggung nasional.(*)
Kontributor: PKIP
Editor: Abdel Rafi



