Wednesday, May 8, 2024
HomePolitikaFenomena Politainment di Indonesia, Pakar: Kalau Berlanjut, Ke Depan Tak Ada Orang...

Fenomena Politainment di Indonesia, Pakar: Kalau Berlanjut, Ke Depan Tak Ada Orang Berani Kritik Tokoh Politik Secara Langsung!

ilustrasi. (pict: istimewa)

Surabaya, – Pada tahun politik 2024 terdapat beberapa fenomena baru yang menjadi pembeda dengan tahun-tahun politik sebelumnya. Salah satu fenomena tersebut adalah munculnya fenomena politainment yang merupakan gabungan kata dari politics dan entertainment.

Fenomena politainment terjadi ketika politikus berlomba mendapatkan perhatian untuk dianggap relevan dan dekat dengan masyarakat melalui pemberitaan media yang sifatnya menghibur.

Dalam buku The international encyclopedia of communication (2008), politainment memanfaatkan potensi media massa untuk menarik khalayak luas dan menciptakan figur yang disenangi oleh masyarakat. Hal tersebut kemudian sejalan dengan hasil riset oleh dari Kompas dot Id, yang menyimpulkan bahwa, sebagian besar pemilih pada ajang pemilihan umum di Indonesia adalah pemilih emosional yang menentukan pilihan calon pemimpinnya berdasarkan kesukaan semata.

Menanggapi hal tersebut, Pakar Komunikasi Prof. Dra. Rachmah Ida, MCom., PhD., mengatakan, “seperti yang kita ketahui, konsep ‘Politainment’ ini merupakan hal baru di Indonesia. Selama ini dalam dunia politik kita belum pernah melihat hal yang seperti ini.”

Ida, sapaan akrabnya, mengungkapkan kecenderungan dari politaiment di Indonesia masih masuk pada pembahasan politik ketimbang hiburan. Seperti contohnya, lanjut Ida, saat berita politik yang bersifat menghibur masuk ke media sosial, sejatinya hal tersebut masih termasuk pada berita politik, hanya saja pengemasannya dalam bentuk hiburan.

“Selama ini politik dianggap sebagai pembahasan yang keras atau berat, sehingga hanya kelompok tertentu saja yang bisa menikmatinya. Sedangkan, dengan adanya politainment ini, politik terkemas menjadi sebuah bahasan ringan yang bisa dinikmati oleh lebih banyak golongan,” jelasnya.

pakar komunikasi FISIP Unair, Prof. Dra. Rachmah Ida, MCom., PhD. (foto: dokumentasi unair)

Ida menuturkan bahwa dengan adanya fenomena politainment, masyarakat menjadi lebih terbuka dengan informasi terkait politik. Selain itu, sambung Ida, politainment bisa membuat masyarakat awam mendapatkan wawasan dari informasi baru.

Sementara itu, mengenai dampak kemunculan berita politainment terhadap citra tokoh politik, menurut Ida, seringkali image dari tokoh tersebut menjadi negatif. “Contohnya ketika ada video di media sosial yang memunculkan sisi komedi dari perbedaan pernyataan presiden 5 tahun lalu dengan sekarang, maka akan terbentuknya citra negatif bahwa presiden bersikap tidak konsisten,” paparnya.

Bahkan menurut Ida, adanya politainment memunculkan demitologi politik, dimana masyarakat mulai menganggap bahwa politik bukanlah sosok yang sakral. Kini, lanjutnya, masyarakat bisa memandang politikus sebagai manusia biasa yang bisa dikulik atau dicari letak kesalahannya.

“Selama tidak ada kontrol atau regulasi terkait politainment, maka fenomena ini akan terus berlanjut. Namun, yang terpenting adalah jika ini terus berlanjut, sebetulnya tidak baik juga karena memunculkan demokrasi yang tidak sehat. Bisa jadi di masa depan tidak ada lagi yang berani mengkritik tokoh (politik, red.) secara langsung,” pungkas guru besar ilmu komunikasi Fakultas llmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga itu.

(pkip

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular