Saturday, April 20, 2024
HomePolitikaFahd BAPERA: Jangan Seperti Nikel Yang Dikuasai Tiongkok, Indonesia Bisa Maju Dengan...

Fahd BAPERA: Jangan Seperti Nikel Yang Dikuasai Tiongkok, Indonesia Bisa Maju Dengan Thorium!

Ketua Umum DPP Bapea Fahd El-Fouz A Rafiq saat acara pelantikan DPD Bapera Provinsi Kepulauan Riau di Hotel Baverly, Kota Batam, Kamis (2/3/2023). (foto: istimewa)

“Indonesia tinggal butuh nyali saja untuk jadi negara maju, SDA melimpah dan SDM tinggal dimaksimalkan dan diberi ruang. Thorium bisa jadi penggentar berikutnya agar Kehormatan Indonesia kembali mengangkasa.”

 

(Fahd El-Fouz A Rafiq, Ketua Umum DPP BAPERA)

BATAM – Pilpres 2024 tinggal sebentar lagi, semua partai politik yang bertanding di tahun Shio Naga telah memanaskan mesinnya politiknya. Indonesia ke depannya perlu dipimpin oleh orang yang adil, yang tidak gila power, namun siap perang. Moto Vis Pacem Para Bellum sangat cocok untuk Indonesia baru. Negara kita cinta damai namun selalu siap untuk berperang.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Barisan Pemuda Nusantara (Ketum DPP BAPERA) Fahd El-Fouz A Rafiq seusai acara pelantikan DPD Bapera Kepulauan Riau di Hotel Baverly, Kota Batam, Kamis (2/3/2023).

Fahd menjelaskan bahwa ide dalam kedamaian Indonesia terbaru ke depan adalah the world without super power atau dunia tanpa hegemoni.

“Ini kunci kedamaian dunia yaitu tanpa hegemoni. Lalu untuk membuat kedamaian tersebut apa alatnya?” tanyanya retoris.

Fahd melanjutkan, Indonesia pada awal-awal era Orde Baru tepatnya tahun 1970-an, PLTN digadang-gadang akan dibangun di Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah dengan bahan baku uranium.

“Hingga sekarang hal tersebut tidak terealisasikan, karena uranium dapat menghasilkan plutonium dalam pengembangan senjata nuklir. Selanjutnya dalam setahun belakangan ini berkembang diskusi soal thorium yaitu sumber energi terbarukan yang dikenal dengan nuklir hijau. Thorium tidak dapat dikembangkan untuk senjata nuklir. Alhasil, Thorium tidak dapat disalahgunakan untuk tujuan persenjataan, dan juga aman sebagai sumber energi,” paparnya.

Menurut putra penyanyi dangdut legendaris A Rafiq itu, Indonesia punya banyak mineral yang sangat diinginkan negara lain, sayangnya, kekayaan alam Nusantara hanya mejadi komoditas, jadi alat transaksi dari aset tersebut.

“Aset yang berupa mineral itu, Indonesia hanya dapat keuntungan tidak lebih dari 15%-an, hanya dari pajak, sisanya aset hilang,” ujarnya miris.

Fahd menegaskan bahwa thorium adalah harta Indonesia yang belum bisa dimainkan para pemain tambang secara penuh.

“Karena dunia belum mau memanfaatkan thorium sebagai mineral penting. Tapi di sisi lain Indonesia secara teknologi siap,” tukasnya.

Mantan Ketum DPP KNPI mengungkapkan bahwa 1 kg thorium sama dengan 1.000 ton batu bara. Karenanya, menurut Fahd, dapat diprediksi listrik Indonesia lebih dari 1.000 tahun dengan biaya seperempat dari sekarang yang akan membuat manufaktur, pabrik, mesin industri dibangun di Indonesia harga biaya listriknya seperempat dibanding teknologi negara lain.

“Ke depannya harus segera membangun listrik tenaga thorium dikarenakan thorium lebih efisien dibanding batu bara dan uranium. Untuk menghasilkan 1 giga watt/tahun diperlukan batu bara sebesar 3,4 juta ton, dan uranium 2000 – 2500 ton. Sementara menggunakan thorium kapasitas produksi listrik tersebut 1 Giga Watt hanya perlu 7 ton dalam setahun, sungguh sangat jauh perbandingannya,” ucapnya.

Idealnya, menurut Fahd, Indonesia perlu 200 gigawatt dan di tahun 2045 perlu 500 gigawatt, maka setahun Indonesia hanya perlu 3.500 ton thorium.

“Jadi, jumlah 250.000 ton thorium bisa untuk 71.0000 tahun,” tegasnya.

Menurut Fahd, dari sisi geopoltik Indonesia mesti mencermati negara-negara ASEAN dan Asia lain yang saat ini terus menggenjot pasokan energi listrik demi penguatan daya saing. Menurut Fahd, thorium merupakan hasil pemurnian dari timah dan zikon, bila Thorium dimanfaatkan maka hal ini sekaligus menjadi implementasi paradigma waste to energy. Secara data, sumber daya thorium di Indonesia adalah 250.000 ton.

“Sehingga Indonesia merupakan negara yang siap menjadi negara dengan ketahanan energi yang kuat selama lebih dari 1.000 tahun. Namun juga mampu memasok energi listrik secara internasional. Lima daerah penghasil potensi thorium adalah Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Barat,” detailnya.

Fahd mengingatkan bahwasanya Vietnam sudah mulai membangun PLTN yang akan beroperasi tahun 2023 dan Bangladesh sedang membangun PLTN yang diharapkan beroperasi 2024, Malaysia memiliki road map yang mulai membangun pembangkit nuklir di tahun 2030.

“Apa road map Indonesia menuju Indonesia Emas 2045?” tanyanya tegas.

Karena itu, Fahd mengingatkan bahwa sebagai negara pemilik cadangan thorium terbesar di dunia jangan sampai ambyar seperti nikel yang membuat Tiongkok menjadi penguasa nikel terbesar di dunia saat ini dengan menyedot habis-habisan tambang Indonesia.

“Kasus tambang nikel ini kan jadi smelter bahan setengah jadi. Tidak di-refining, yang seakan smelter sudah maju industrinya. Tapi masih “dikadali” Tiongkok yang pemurniannya adalah di sana. Fakta ini menjadikan Tiongkok sebagai penguasa nikel untuk baterai terbanyak di dunia. Nikel jadi pembelajaran agar tidak terjadi pada thorium ke depannya. Indonesia harus segera bergerak terkait thorium ini agar tak lagi kecolongan dan kita bisa menjadi pemain kelas dunia,” pungkas Fahd.

(asw/bus/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular