Thursday, May 8, 2025
spot_img
HomePolitikaDi Balik Senyap BIN, Ada Taring yang Siap Menerkam Ancaman Bangsa

Di Balik Senyap BIN, Ada Taring yang Siap Menerkam Ancaman Bangsa

Bambang Soesatyo saat bersama Jenderal TNI Purn AM Hendropriyono dan Presiden RI ke+8 Jenderal TNI Purn Prabowo Subianto. (foto: dokumen pribadi)

JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Di usia yang ke-79, Badan Intelijen Negara (BIN) bukan sekadar institusi, melainkan benteng senyap yang menjaga jantung NKRI tetap berdetak di tengah badai zaman. Di tengah gelombang disrupsi teknologi dan serangan siber lintas negara, BIN tak lagi bisa bersandar pada metode lama. Ia dituntut berubah—bergerak cepat, berpikir jauh, dan bertindak tepat.

Anggota Komisi III DPR RI sekaligus Warga Kehormatan BIN, Bambang Soesatyo, atau yang akrab disapa Bamsoet, menegaskan bahwa transformasi digital di tubuh BIN adalah mutlak, bukan pilihan. “Di usia 79 tahun, BIN harus jadi mata yang awas, telinga yang peka, dan akal yang tajam bagi bangsa. Ancaman hari ini bukan hanya bom dan peluru, tapi algoritma, disinformasi, hingga perang data. Kita tidak sedang bermain-main. Ini soal hidup matinya kedaulatan bangsa,” tegas Bamsoet, Kamis (8/5/2025).

Menurut Bamsoet, serangan terhadap Indonesia kini bersifat tak kasatmata namun sangat mematikan. Dari peretasan terhadap data strategis hingga operasi hoaks yang melemahkan kepercayaan publik, Indonesia telah menjadi medan tempur baru.

“Lebih dari 400 juta upaya serangan siber tercatat tahun lalu. Ini bukan angka—ini adalah peluru digital yang mengarah ke pusat kekuatan kita,” katanya.

Dalam menghadapi medan tempur baru ini, BIN harus melompat ke depan. Memperkuat intelijen siber, menguasai big data dan artificial intelligence, serta membangun kolaborasi kuat dengan BSSN, Kominfo, dan penyedia layanan digital menjadi harga mati. Bukan sekadar bertahan, tapi menyerang balik dengan kecerdasan dan strategi.

Namun perang tidak hanya terjadi di ruang digital. Bahaya laten terorisme masih mengintai, menyelinap dalam berbagai wajah. Dalam dua tahun terakhir, Indonesia mencatat nol serangan teror—sebuah prestasi langka di tengah dunia yang masih dibekap kekerasan ekstremis. Bamsoet mengungkapkan, “Capaian ini tidak datang dari langit. Ini hasil kerja senyap BIN bersama BNPT dan Densus 88. Mereka bukan hanya menangkap, tapi meredam dan meredakan sebelum bara sempat menyala.”

Laporan Global Terrorism Index yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-30 dengan kategori medium impact adalah bukti bahwa ketegangan masih ada, namun dikendalikan dengan presisi. Pemantauan intensif, deteksi dini, dan program deradikalisasi menjadi ujung tombak yang mengikis ideologi kekerasan hingga ke akar-akarnya.

“BIN bukan institusi pencari sorotan. Mereka bekerja dalam senyap, namun dampaknya menggema ke seluruh negeri. Keamanan yang kita rasakan hari ini, ketenangan yang kita nikmati, adalah hasil kerja mereka yang tak pernah tidur. Mereka tak butuh tepuk tangan, hanya dukungan agar tetap bisa menjaga Indonesia dalam diam,” pungkas Bamsoet.

Di tengah dunia yang kian tak pasti, BIN adalah satu-satunya kepastian yang menjaga kita tetap tegak berdiri. Di balik senyapnya, ada taring yang siap menerkam siapa pun yang mencoba mengusik tanah air. Dan selama taring itu masih ada, Indonesia akan selalu punya harapan. (*)

(Reza/Rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular