Wednesday, December 4, 2024
spot_img
HomeGagasanCoding, AI dan Pendidikan Karakter

Coding, AI dan Pendidikan Karakter

Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Dalam upaya mempersiapkan generasi muda menghadapi era digital, pemerintah Indonesia mengambil langkah signifikan dengan merombak kurikulum pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Salah satu perubahan utama yang akan diterapkan mulai tahun depan adalah pengenalan coding dan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) di sekolah dasar dan menengah pertama (SD-SMP).

Rencana ini pertama kali disampaikan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam rapat koordinasi evaluasi kebijakan pendidikan yang berlangsung di Jakarta pada 11 November 2024. Namun, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (mendikdasmen) Prof. Abdul Mu’ti menggarisbawahi bahwa implementasi ini tidak ditujukan untuk semua sekolah, tetapi hanya untuk sekolah-sekolah yang memiliki kesiapan, baik dalam fasilitas maupun tenaga pengajar. Hal ini menimbulkan diskusi tentang apakah usia Sekolah Dasar (SD) adalah waktu yang tepat untuk menekankan keterampilan teknis ini, atau justru pendidikan karakter yang lebih penting untuk dikembangkan pada usia tersebut.

Masa SD adalah waktu krusial dalam pembentukan karakter anak. Pada tahap ini, anak-anak belajar mengenal diri, orang lain, dan lingkungan mereka. Nilai-nilai dasar seperti kejujuran, kerja sama, empati, disiplin, dan tanggung jawab menjadi fondasi dalam pengembangan karakter mereka. Mendikdasmen menegaskan bahwa pendidikan karakter harus tetap menjadi prioritas utama di tingkat SD meskipun ada desakan untuk mengenalkan keterampilan teknologi.

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak-anak pada usia SD berada pada tahap operasional konkret. Artinya, mereka mulai mampu berpikir logis tentang objek nyata dan situasi sehari-hari, namun belum siap untuk konsep abstrak dan kompleks seperti algoritma coding yang mendalam. Pendidikan karakter di usia ini dapat membangun dasar etika dan moral yang diperlukan untuk memahami dan menggunakan teknologi dengan bijak di kemudian hari. Selain itu, karakter yang kuat membantu mereka menjadi individu yang tangguh dalam menghadapi tantangan, baik di dunia nyata maupun dalam lingkungan digital.

Manfaat dan Tantangannya

Mengajarkan coding dan AI di tingkat SD-SMP memang memiliki keuntungan tersendiri. Coding dapat memperkenalkan anak-anak pada pola pikir logis, pemecahan masalah, serta kreativitas. Kegiatan coding yang dirancang untuk anak-anak, seperti permainan interaktif, dapat mengasah kreativitas dan kemampuan berpikir kritis mereka tanpa menekan aspek karakter.

Namun, seperti yang disampaikan oleh Abdul Mu’ti, tantangan terbesar dalam penerapan coding dan AI di SD adalah kesiapan fasilitas dan kemampuan pengajaran di setiap sekolah. Tidak semua sekolah memiliki infrastruktur dan tenaga pengajar yang mumpuni untuk memberikan pengajaran coding dan AI dengan benar. Jika implementasi ini dipaksakan tanpa dukungan yang memadai, anak-anak justru bisa menjadi tertekan dan kehilangan minat terhadap pendidikan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi kesiapan masing-masing sekolah sebelum mengadopsi kurikulum ini.
Secara global, beberapa negara seperti Inggris dan Singapura telah memasukkan coding dalam kurikulum dasar mereka. Namun, negara-negara ini juga memberikan perhatian besar pada keseimbangan antara keterampilan teknis dan pendidikan karakter. Dengan begitu, siswa bukan hanya mahir secara teknis, tetapi juga memiliki karakter dan keterampilan sosial yang kuat.

Harmoni Karakter dan Keahlian Teknis

Jika coding dan AI tetap akan diperkenalkan pada anak-anak di tingkat SD-SMP, penting untuk merancang pendekatan yang seimbang antara pendidikan karakter dan keterampilan teknis. Pertama, coding bisa diperkenalkan melalui permainan yang menyenangkan dan berbasis logika. Misalnya, menggunakan platform visual seperti Scratch, yang memungkinkan anak-anak untuk belajar konsep pemrograman tanpa harus berhadapan dengan sintaks kode yang rumit. Ini bisa membuat proses belajar coding lebih menarik dan tidak membebani anak secara kognitif.

Kedua, pendidikan karakter tetap harus dijadikan prioritas. Coding dan AI bisa disisipkan dalam kegiatan yang menguatkan nilai-nilai sosial dan emosional. Misalnya, proyek coding yang mendorong kolaborasi di mana anak-anak harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama. Dalam proses ini, anak-anak belajar pentingnya tanggung jawab, kerja sama, dan saling menghargai.

Ketiga, mengintegrasikan pelatihan keterampilan sosial dan emosional dalam pengajaran. Keterampilan ini sangat penting di era digital, di mana interaksi sosial sering terjadi melalui online platform. Dengan latihan keterampilan sosial sejak dini, anak-anak akan lebih siap menghadapi tantangan sosial, emosional, dan etika di masa depan.

Keempat, penerapan kurikulum harus fleksibel dan disesuaikan dengan kesiapan masing-masing sekolah. Seperti yang diungkapkan Mendikdasmen Abdul Mu’ti, sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas dan tenaga pengajar yang terlatih dapat mulai mengimplementasikan kurikulum berbasis teknologi. Untuk sekolah-sekolah lainnya, fokus utama tetap pada penguatan pendidikan karakter yang esensial.

Tahapan dan Persiapan

Masuknya coding dan AI dalam kurikulum SD dapat menjadi inovasi yang positif jika diterapkan dengan persiapan yang matang dan selektif. Pendidikan karakter harus tetap menjadi fondasi utama pada usia SD, karena nilai-nilai yang ditanamkan di usia ini akan membentuk kepribadian anak sepanjang hidupnya. Anak-anak yang memiliki karakter yang kuat akan lebih mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi secara bijak di kemudian hari. Di sisi lain, keterampilan coding dan AI dapat memperkaya pembelajaran, tetapi tidak boleh mengorbankan pendidikan karakter.

Seperti yang disampaikan oleh Mendikdasmen Abdul Mu’ti, penerapan coding dan AI ini tidak perlu terburu-buru dan hanya untuk sekolah-sekolah yang benar-benar siap. Pendidikan dasar yang seimbang antara karakter dan keterampilan teknis akan membentuk generasi yang cerdas secara emosional, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan era digital.

Kita perlu melihat minat, bakat, dan passion dari anak-anak kita sebelum memaksakan mereka untuk belajar coding atau AI. Tidak semua anak memiliki ketertarikan atau kemampuan untuk memahami teknologi pada usia dini. Memaksakan mereka untuk mengikuti kurikulum coding atau AI tanpa minat dan bakat serta tahapan yang sesuai bisa berisiko menambah stres dan mengurangi efektivitas pembelajaran.

Anak-anak yang dipaksa belajar sesuatu yang tidak mereka minati apalagi tahapan yang kurang tepat cenderung tidak akan memberi usaha maksimal dan bisa mengalami penurunan motivasi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memperhatikan kebutuhan dan kecenderungan alami anak, agar pendidikan yang diberikan sesuai dengan potensi dan minat mereka, serta tidak menimbulkan tekanan yang tidak perlu.

Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak SD dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga memiliki landasan karakter yang kuat untuk berperan positif dalam masyarakat. Pendidikan karakter tetap menjadi prioritas, sementara keterampilan teknis seperti coding dan AI menjadi pelengkap yang memperkaya pendidikan mereka tanpa mengabaikan nilai-nilai moral dan sosial.

 

FIRMAN ARIFIN

Dosen IT PENS dan Praktisi IT

RELATED ARTICLES

Mobil Demokrasi

Gladiator Virtual

Bacot Ember 212

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular