
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Universitas Airlangga (Unair) kembali mencatat prestasi gemilang alumninya. Buyung Zaelani, lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair, resmi diangkat sebagai Komisaris PT Bukit Asam Tbk dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Kamis (12/6/2025) lalu.
Di usia yang telah melewati 65 tahun, penunjukan ini menjadi kejutan sekaligus kehormatan bagi sosok yang telah meniti karier panjang sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan berbagai posisi strategis, mulai dari Sekretaris Utama hingga Deputi Kepala BIN Bidang Ekonomi, bahkan sempat menjadi Komisaris PT Aneka Tambang Tbk.
“Ini amanah besar. Saya tak pernah menyangka, namun saya percaya bahwa semua ini buah dari silaturahmi yang dijaga sejak lama dan kerja keras yang konsisten,” ungkap Zaelani penuh syukur.
Jejak Aktivis Mahasiswa yang Tak Hilang Arah
Menengok ke belakang, Zaelani adalah sosok mahasiswa aktif pada masa kuliahnya di FEB Unair (1979–1984). Ia tercatat sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Wakil Ketua Senat Mahasiswa FEB, serta pengurus Masjid Nuruzzaman di Kampus B.
“Awalnya ikut organisasi hanya untuk mencari teman dan pengalaman. Tapi ternyata, di dunia kerja, kemampuan berdiskusi, menyampaikan gagasan, dan berorganisasi itu sangat membantu membentuk karakter profesional,” kenangnya.
Tak hanya aktif di organisasi, Zaelani juga menyelesaikan masa studi tepat waktu, suatu pencapaian yang ia syukuri sebagai buah dari bimbingan dosen-dosen Unair.
Di balik perjalanan panjang kariernya, Zaelani mengungkap satu prinsip penting: sukses bukan hanya soal kecerdasan intelektual. Lebih dari itu, seseorang harus mampu menyeimbangkan empat kecerdasan utama, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual.
“Berinteraksi dengan pimpinan, sejawat, maupun staf membutuhkan kepekaan dan kemampuan menempatkan diri. Tapi yang terpenting, semua pekerjaan harus diniatkan sebagai ibadah. Ketika kita bekerja dengan niat itu, hasilnya akan lebih sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab,” tuturnya.
Bagi para mahasiswa yang sedang menempuh studi, Zaelani berpesan agar tidak hanya mengejar ilmu pengetahuan, tapi juga mulai melatih pengelolaan diri secara utuh.
“Ilmu itu penting, tapi tak cukup. Latihlah empat kecerdasan itu secara seimbang. Manfaatkan waktu kuliah untuk belajar, berorganisasi, dan membangun karakter. Niatkan semua itu sebagai bentuk ibadah,” pesannya menutup wawancara.
Buyung Zaelani bukan hanya membuktikan bahwa alumni Unair mampu menembus jajaran elite korporasi nasional, tetapi juga memberi inspirasi bahwa kesuksesan sejati lahir dari integritas, silaturahmi, dan keseimbangan hidup. Sebuah perjalanan dari lorong organisasi kampus ke ruang dewan komisaris yang patut diteladani. (*)
Editor: Abdel Rafi



