Friday, April 26, 2024
HomeSains TeknologiAntisipasi Konflik Global, Fahd BAPERA: Indonesia Harus Bangun Kemandirian Teknologi!

Antisipasi Konflik Global, Fahd BAPERA: Indonesia Harus Bangun Kemandirian Teknologi!

Fahd el-Fouz A Rafiq, Ketum DPP BAPERA. Ia meminta Indonesia segera membangun platform teknologi sendiri sebagai bentuk antisipasi situasi global yang kian tak menentu. (foto: istimewa)

Indonesia harus membangun dan menggencarkan dengan cepat platform tentang teknologi. Begitu Amerika Serikat dan Tiongkok berperang lebih dalam lagi, Nusantara jangan sampai tak berkutik hanya karena kita bergantung pada teknologi kedua negara tersebut.

(Ketua Umum DPP BAPERA, H. Fahd Ell-Fouz A Rafiq)

JAKARTA – Saat ini, media di dunia justru menjadi alat perang. Semisal Donal Trump yang menggunakan Twitter 4 tahun sebelum terpilih jadi Presiden Amerika Serikat (AS) dan sejak kekalahannya dengan Joe Biden, ia bukan pasif melainkan terus aktif karena akan maju lagi dalam Pilpres  AS pada 2024 mendatang.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Barisan Pemuda Nusantara (Ketum DPP BAPERA) Fahd el-Fouz A Rafiq pada media ini saat ditanya mengenai peranan teknologi dalam kompetisi di era serba teknologi dan kemajuan informasi saat ini di Jakarta.

“Dalam peperangan, bukan hanya soal ekonomi dan politik namun permainan propaganda berbasis teknologi udara telah menjadi New Battle Ground.  Jadi medan pertempuran bukan hanya bicara Laut Cina Selatan, Selat Malaka, Hongkong dan Taiwan melainkan mulai bergeser ke battle space itu. Mulai perang satelit, drone, telekomunikasi dan perang propaganda,” ujar Fahd.

Fahd menegaskan dalam perang propaganda misalnya memperhatikan bagaimana otak manusia yang bekerja 24 jam sehingga sejak manusia lahir dicecoki sesuatu hingga membuat mereka jatuh cinta pada sesuatu.

“Ketika otak anda berhenti kemudian jatuh cinta itu pakai jelas pakai hati. Disitulah peran propaganda. Membuat anda beralih ke dia melalui kerja kerja otak hingga berubah jadi pekerjaan hati. Itulah dahsyatnya propaganda,” tegasnya.

Fahd menilai bahwa perang AS dan China saat ini bukan perang dagang tapi perang ideologi. Mengutip pengamat intelijen ekonomi AV Themames asal London, menurutnya banyak para analis salah baca terutama analis ekonomi.

Mantan Ketum DPP KNPI ini mengatakan bahwa perang antara AS dan Tiongkok lebih dalam lagi yaitu perang ideologi.

“Kalau sudah perang ideologi, berapapun harganya pasti ditebus. Karenanya, disinyalir kuat Tiongkok dan AS akan habis-habisan perangnya tapi kan sekarang poinnya bagaimana dengan Indonesia?” tanyanya retoris.

Menurut Fahd, Indonesia harus membangun platform teknologi sendiri sehingga ketika perang Tiongkok dan AS lebih dalam lagi tidak terlalu khawatir.

“Indonesia jangan tidak berkutik karena perseteruan AS dan Tiongkok. Indonesia harus membangun platform tekonologi sendiri sehingga tidak bergantung pada teknologi kedua negara tersebut,” tegasnya sekali lagi.

Indonesia, menurut Fahd, bisa meniru apa yang dilakukan Tiongkok dalam 5 tahun terakhir yang membangun sektor swastanya dengan perlindungan ketat dengan menjadi sangat protektif.

“Misalnya Ren Ren itu dilindungi oleh pemerintah Tiongkok dengan membuR kebijakan Facebook tidak boleh masuk sampai Ren Ren menguasai 80℅ pasar domestik. Didi Chuxing, sebuah online transportation dilindungi dan setelah menguasai 80℅ pasar Tiongkok barulah Uber boleh masuk. Ketika Alibaba menguasai 80% pasar domestik baru Amazon boleh masuk. Baidu dulu baru Google boleh masuk sebagai search engine,  Yoku semua dari luar dibatasi,” bebernya memberikan contoh bagaimana Pemerintah Tiongkok melindungi sektor swasta domestiknya dari serbuan asing.

Fahd menyarankan, jika Pemerintah Indonesia ingin maju maka aplikasi anak negeri harus dilindungi terlebih dahulu.

“Sekarang perang AS dan Tiongkok sudah hampir mendidih. Indonesia harus segera ambil kesempatan dengan mendorong anak bangsa membuat fintech-nya sendiri,  buatlah Google, Whatsapp dan Facebook  versi Indonesia. Pastikan semua proyek itu di-protect oleh negara. Diatur dan diberi fasilitas kemudahan. Yakinlah satu dua tahun ke depan, anak bangsa bisa membuat dan melaksanakan proyek tersebut sehingga pada tahun 2025 sewaktu puncaknya perang 2 negara tersebut, Indonesia sudah punya semuanya dan kita tidak lagi bergantung ke Tiongkok dan AS,” saran Fahd optimis.

“Saya yakin ke depan, dalam konteks peperangan yang jauh lebih dalam dengan Tiongkok, AS akan mematikan platform teknologi, internet hingga satelit mereka, karena itu adalah strategi perang battle space. Namanya penaklukan ruang udara. Tapi kalau Indonesia punya semua penggantinya, kita sudah siap,” pungkas Ketua DPP Partai Golkar Bidang itu mengakhiri keterangannya.

(asw/bus/bti)

RELATED ARTICLES

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular