
JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Setelah mencuri perhatian dengan debut single “Is Too Late To See U” pada Maret lalu, musisi sekaligus produser asal Jakarta, Aanslam, kembali hadir dengan karya terbarunya yang lebih personal dan menyentuh. Berjudul “2020”, lagu ini resmi dirilis pada 4 Juli 2025 lalu, dan menjadi penanda kedewasaan musikal Aanslam dalam menyampaikan makna kehilangan lewat lirik dan nuansa gelap yang dalam.
Tak seperti debutnya yang lebih eksperimental, “2020” (dibaca: dua ribu dua puluh) dibalut dalam genre dark pop non elektronik yang unik. Aanslam, yang dikenal gemar menyelami sisi-sisi gelap dari pengalaman manusia, menjadikan kehilangan sebagai benang merah dari single keduanya ini. Tapi jangan buru-buru menganggapnya muram, karena di balik gelapnya musik, terselip pesan yang hangat yakni cinta juga bisa lahir dari kehilangan.
“Lagu ini ingin menyampaikan pesan bahwa siapapun kamu, dalam posisi apapun dirimu, pahamilah bahwa selain kebahagiaan, kehilangan yang abadi itu juga bentuk lain dari cinta yang tulus,” ujar Aanslam saat peluncuran single-nya.
Dengan lirik berbahasa Indonesia yang kuat secara emosional, “2020” menjadi karya yang relatable bagi siapa pun yang pernah mengalami patah hati, perpisahan, atau bahkan kehilangan figur penting dalam hidup. Dalam aransemen minim instrumen elektronik, Aanslam justru menghadirkan nuansa keheningan yang mencekam, dan justru di situlah keindahan lagunya terasa.
Aanslam, yang masih meracik musiknya secara independen, kembali membuktikan bahwa kerapuhan bisa jadi kekuatan. Ia tak hanya bernyanyi, tapi juga memproduksi sendiri karya-karyanya, menjadikan tiap denting suara dalam lagunya terasa sangat personal, otentik, dan tidak dibuat-buat.
Rilis ini pun sontak mendapat perhatian dari berbagai komunitas musik digital dan pendengar setia genre alternatif Indonesia. Dengan visual artwork yang minimalis namun menggugah, serta storytelling yang kuat, “2020” tak hanya lagu, tetapi semacam memoar yang dilagukan. (*)
Editor: Tommy dan Rafel



