Sunday, December 7, 2025
spot_img
HomeGagasanSurabaya dan Jalan Panjang Menuju Kota Kreatif Berkelanjutan

Surabaya dan Jalan Panjang Menuju Kota Kreatif Berkelanjutan

Sebagai individu yang tumbuh di tengah arus perubahan zaman, penulis menyadari bahwa transformasi sebuah kota dari basis industri menuju kota kreatif yang berkelanjutan bukanlah proses sederhana. Namun, di tengah tantangan era Society 5.0, Surabaya telah mengambil langkah progresif yang patut diapresiasi. Kota ini mulai mengintegrasikan teknologi digital dalam pembangunan, menyesuaikan diri dengan perubahan di mana kreativitas dan inovasi kini menjadi aset utama, menggantikan ketergantungan pada sumber daya alam.

Surabaya, sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, mulai menampilkan identitas baru yang lebih dinamis dan berwawasan masa depan. Inovasi dalam mengembangkan konsep kota kreatif tidak hanya menyentuh aspek ekonomi, tetapi juga dimensi sosial, budaya, dan lingkungan. Pendekatan yang digunakan sangat menekankan pada potensi lokal, keberlanjutan, serta kekuatan budaya yang tumbuh di masyarakat. Salah satu program yang menurut saya cukup menonjol adalah SWK Reborn. Program ini lahir dari sinergi akademisi, pemerintah, dan pelaku usaha melalui kerangka Creating Shared Value (CSV) dari Universitas Airlangga. Diprakarsai Gancar Candra Premananto dan Ahmad Rizki Sridadi, program ini merupakan inisiatif digitalisasi sektor UMKM yang secara konkret memberikan pelatihan dan fasilitas bagi pelaku usaha lokal untuk bersaing di era digital. Mereka didorong memanfaatkan teknologi informasi dan platform daring sebagai sarana pemasaran produk. Inilah wujud nyata komitmen pemerintah kota dalam memperkuat fondasi ekonomi kreatif melalui pemberdayaan UMKM. Ini menjadi bukti bahwa UMKM bukan hanya mampu bertahan, tetapi juga dapat tumbuh berkelanjutan jika didukung strategi yang tepat.

Program ini memang dinilai sangat bermanfaat bagi UMKM, tetapi ada beberapa hal yang dapat dimaksimalkan, seperti sarana promosi, dukungan promosi dari pemerintah, dan kolaborasi dengan komunitas kreatif. Dengan mengonsep SWK sebagai ruang kreatif, potensi yang ada sebelumnya dapat semakin berkembang. Beberapa ide yang berpotensi menarik perhatian publik antara lain penyelenggaraan festival tematik berbasis budaya lokal, showcase produk UMKM dengan kurasi visual sesuai target pasar, hingga kegiatan kolaboratif seperti workshop komunitas, live art atau pameran, maupun pertunjukan musik akustik. Konsep semacam ini bukan hanya menghidupkan suasana SWK, tetapi juga memperluas eksposur UMKM kepada khalayak yang lebih luas, terutama generasi muda yang dekat dengan gaya hidup kreatif dan digital.

Transformasi menuju kota kreatif juga sangat dipengaruhi kontribusi dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Sebagai contoh, Universitas Ciputra Surabaya melalui program Fashionology 2025 berhasil menggabungkan kreativitas dengan keberlanjutan. Program ini menghadirkan karya desain busana berbasis upcycling dan pemanfaatan limbah, yang merupakan wujud nyata pendekatan ekonomi sirkular. Kolaborasi antara mahasiswa dan UMKM lokal, terutama melalui media batik, mampu memperkuat identitas budaya sekaligus memberi nilai tambah pada produk lokal. Selain itu, Surabaya mengangkat kekayaan nilai lokal, seperti batik, ke dalam konteks yang lebih modern dan global.

Sudah saatnya pemerintah memberi perhatian lebih serta mendorong ide kreatif yang ke depan dapat menjadi potensi besar hingga ke kancah internasional. Bantuan pemerintah berupa sarana promosi maupun dukungan dana bisa menjadi katalis yang membangkitkan semangat komunitas lain untuk berlomba melahirkan ide kreatif baru. Hal ini tidak hanya memperluas eksistensi produk lokal, tetapi juga memperkuat posisi Surabaya sebagai salah satu pusat ekonomi kreatif dan budaya di Indonesia.

Batik tidak hanya dijaga kelestariannya, tetapi juga dikembangkan menjadi produk yang mampu bersaing di pasar internasional. Inilah contoh nyata bahwa teknologi dan budaya bukanlah dua kutub yang saling bertentangan, melainkan dapat saling menguatkan. Pendekatan ini menciptakan diferensiasi unik dalam pasar global serta menunjukkan bahwa warisan budaya bisa menjadi kekuatan ekonomi kreatif. Namun, jalan menuju kota kreatif yang benar-benar berkelanjutan masih penuh tantangan.

Salah satu yang paling nyata adalah ketimpangan akses terhadap infrastruktur digital. Walaupun proyek Smart City sudah berjalan dan membawa perubahan positif, masih ada wilayah di Surabaya yang belum menikmati akses teknologi secara merata (West Science Nature and Technology, 2023). Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi pemerataan manfaat ekonomi digital. Solusi yang diperlukan bukan hanya investasi fisik, tetapi juga peningkatan literasi digital di seluruh lapisan masyarakat. Hal ini harus direncanakan dan diimplementasikan secara terukur agar ketertinggalan literasi digital tidak terlalu jauh dibanding kota lain, terutama Bandung di Indonesia yang lebih dahulu membangun ekosistem kota cerdas, atau Tallinn di Estonia yang dikenal global sebagai pelopor digital governance dan masyarakat berbasis teknologi. Perbandingan ini menunjukkan bahwa percepatan literasi digital bukan hanya penting, tetapi juga mendesak, agar kota seperti Surabaya tidak tertinggal dalam kompetisi ekonomi berbasis pengetahuan dan inovasi.

Aspek lingkungan pun tak kalah penting. Pengembangan industri kreatif harus dibarengi regulasi dan kesadaran akan dampak lingkungan. Produksi massal tanpa kendali berpotensi menimbulkan limbah berlebih dan eksploitasi sumber daya. Karena itu, inisiatif seperti Fashionology 2025 yang mengusung desain ramah lingkungan perlu mendapat dukungan yang lebih luas dan berkelanjutan.

Strategi jangka panjang Surabaya dalam membangun kota kreatif juga memperlihatkan keseriusan melalui kerja sama global. Kolaborasi dengan universitas internasional seperti Tsinghua dan Shih Chien membuka ruang pertukaran teknologi serta praktik terbaik yang bisa diadaptasi ke konteks lokal. Pendekatan global-lokal ini, menjadikan Surabaya lebih fleksibel dan adaptif dalam membentuk ekosistem kreatif yang kuat serta berdaya saing tinggi.

Akhirnya, kunci transformasi ini adalah kolaborasi. Pemerintah, sektor swasta, dunia pendidikan, dan masyarakat harus berjalan bersama dalam satu visi. Pemerintah perlu memastikan kebijakan yang inklusif, dunia kampus terus mendorong inovasi berbasis teknologi dan budaya, sementara masyarakat berperan aktif sebagai pelaku perubahan. Jika semua elemen bersinergi secara harmonis, saya optimis Surabaya dapat menjadi kota kreatif berkelanjutan yang bukan hanya unggul di tingkat nasional, tetapi juga di kancah Asia Tenggara. Semoga.

ALVANO ARIF RACHMAN

Mahasiswa Program Magister PSDM Peminatan Industri Kreatif Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular