
BANGKALAN, CAKRAWARTA.com – Di tengah kesibukannya sebagai pejabat tinggi negara, Mayjen TNI Dr. Farid Makruf, M.A. menyempatkan diri untuk pulang ke tempat yang telah membesarkan semangatnya, SMA Negeri 1 Bangkalan. Namun kali ini, kedatangannya bukan sekadar kunjungan nostalgia. Ia pulang membawa cerita dan pesan: bahwa mimpi besar bisa lahir dari tanah yang sederhana.
Sore itu, aula sekolah dipenuhi ratusan siswa yang antusias. Di hadapan mereka berdiri sosok berseragam militer, gagah namun bersahaja. Farid Makruf, alumnus SMA tersebut angkatan 1986, kini menjabat sebagai Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Sumber Kekayaan Alam Lemhannas RI. Sebelumnya, ia pernah memimpin pasukan elite di berbagai medan konflik, termasuk menjadi Danrem 132/Tadulako dan Pangdam V/Brawijaya.
Namun yang lebih membekas dari kehadirannya kali ini bukan jabatan atau prestasi, melainkan kerendahan hati dan semangat membumikan nilai-nilai perjuangan.
“Saya hanya ingin menyampaikan kepada adik-adik: tidak masalah kita berasal dari kota kecil seperti Bangkalan. Jangan batasi mimpi hanya karena tempat lahir. Yang penting, punya tekad kuat, mau belajar, dan terus berproses,” ujar Farid dengan suara lembut namun penuh daya.
Lahir dan besar di Bangkalan, Farid bukan anak dari keluarga elite atau pejabat. Ia tumbuh seperti remaja kebanyakan yakni menyukai olahraga, bersahabat dengan semua orang, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Masa-masa SMA ia kenang sebagai momen paling membentuk karakter: dari belajar disiplin, hingga merawat empati kepada sesama.
“Saya bukan siswa terbaik di kelas, tapi saya punya mimpi yang tidak mau saya abaikan,” kenangnya.
Dari Bangkalan, ia melanjutkan pendidikan ke jenjang militer hingga akhirnya bergabung dalam berbagai misi negara. Di berbagai penugasan, mulai dari belajar di Inggris untuk gelar Masternya hingga ke Sierra Leone melalui UNAMSIL, Farid menyadari pentingnya integritas dan empati.
“Menjadi pemimpin bukan soal memerintah, tapi memahami. Dan semua itu saya pelajari pertama kali di sini, di sekolah ini, di tanah kelahiran saya.”
Kepulangan Farid Makruf bukan tanpa tujuan. Ia ingin menginspirasi. Ia ingin menunjukkan bahwa anak-anak daerah pun bisa menjadi pemimpin nasional. Ia ingin agar generasi muda Madura tidak hanya bangga dengan warisan budaya, tetapi juga punya visi masa depan global.
Dalam sesi diskusi, ia banyak berbicara tentang pentingnya wawasan kebangsaan, cinta tanah air, dan kesiapan menghadapi tantangan global, mulai dari perubahan iklim hingga transformasi teknologi.
“Indonesia butuh pemuda yang tahan banting, berwawasan luas, tapi juga punya akar budaya yang kuat. Jangan minder jadi anak daerah. Justru dari daerahlah lahir banyak pemimpin tangguh,” pesannya disambut tepuk tangan.
Inspirasi Bagi Bangsa
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bangkalan, Dra. Siti Khotimah, M.Pd., tak bisa menyembunyikan kebanggaannya. “Beliau bukan hanya mengharumkan nama sekolah, tapi juga memberi teladan bagi kami semua. Anak-anak melihat sendiri bahwa alumni mereka bisa berdiri sejajar dengan tokoh-tokoh nasional,” ujarnya.
Kegiatan yang berlangsung hangat itu ditutup dengan simbolik penyerahan cinderamata dan doa bersama. Namun lebih dari itu, yang dibawa pulang oleh para siswa adalah harapan, bahwa jalan menuju masa depan terbuka lebar, selama mereka percaya dan terus melangkah.
Farid Makruf meninggalkan sekolah dengan langkah mantap. Namun ia tahu, sebagian jiwanya akan selalu tertinggal di sana yakni di bangku-bangku kayu SMA 1 Bangkalan, tempat semua mimpinya dulu mulai bersemi. (*)
Kontributor: Sarifah L
Editor: Abdel Rafi



