Sunday, November 23, 2025
spot_img
HomeSosokDi Tengah Derasnya Tantangan Kesehatan, Guru Besar Unair Ini Tawarkan Harapan Baru

Di Tengah Derasnya Tantangan Kesehatan, Guru Besar Unair Ini Tawarkan Harapan Baru

Prof. Dr. Hari Basuki Notobroto, dr., M.Kes saat menyampaikan orasi ilmiahnya di Aula Garuda Mukti Kampus C Unair, Surabaya, Kamis (24/4/2025). (foto: Unair for Cakrawarta)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di Aula Garuda Mukti yang khidmat, Kamis (24/4/2025) lalu, sorotan cahaya menyinari sosok Prof. Dr. Hari Basuki Notobroto, dr., M.Kes. Dengan penuh semangat, beliau resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) — sebuah momen puncak dalam pengabdiannya pada dunia kesehatan masyarakat.

Dalam orasi ilmiahnya yang penuh makna, Prof. Hari mengangkat tema besar yang sering luput dari perhatian: optimasi statistik rutin sebagai pondasi utama dalam mencegah masalah kesehatan masyarakat. Di hadapan tamu undangan, beliau mengingatkan: di balik angka-angka statistik yang sering tampak membosankan, tersimpan potensi besar untuk menyelamatkan ribuan bahkan jutaan nyawa.

Tantangan Ganda Kesehatan Indonesia

Dengan suara bergetar oleh kepedulian, Prof. Hari menggambarkan realitas pahit yang dihadapi negeri ini. Di tengah pesatnya pembangunan, sektor kesehatan justru menghadapi tantangan berlapis. “Kita sedang menghadapi transisi epidemiologi,” ungkapnya. “Di satu sisi, penyakit menular klasik belum sepenuhnya terkalahkan. Di sisi lain, kita dihantam gelombang penyakit kronis degeneratif seperti diabetes, hipertensi, dan kanker.”

Kondisi ini menuntut lebih dari sekadar tindakan reaktif. Dibutuhkan strategi yang cermat, berbasis bukti kuat. Dan di sinilah pentingnya statistik rutin — bukan hanya sebagai deretan angka mati, tetapi sebagai denyut nadi dalam pengambilan keputusan yang menyelamatkan hidup manusia.

Statistik Rutin: Sumber Daya yang Terlupakan

Namun, kenyataan di lapangan sungguh mengiris hati. Alih-alih menjadi senjata utama, statistik rutin seringkali hanya menjadi tumpukan berkas di sudut ruangan. Prof. Hari mengungkapkan, “Saat ini, hanya 10-65% petugas kesehatan yang benar-benar memanfaatkan data statistik rutin dengan optimal.” Angka itu bukan sekadar statistik — ia menggambarkan betapa banyak kesempatan yang terbuang untuk mencegah penyakit sebelum terjadi.

Penyebabnya beragam: mulai dari kualitas data yang meragukan, keterbatasan sumber daya manusia dalam menganalisis data, hingga jenis data yang terlalu agregat, sehingga sulit mengungkap akar persoalan kesehatan di lapangan.

“Data agregat tidak cukup untuk menjelaskan kenapa seseorang sakit atau bagaimana pola penyakit itu menyebar,” ujarnya, lirih. “Kita butuh keterampilan analisis yang tajam, kemampuan menggali lebih dalam, untuk benar-benar memahami dan mencegah.”

Membangun Harapan, Menyelamatkan Masa Depan

Meski tantangan besar, Prof. Hari tetap menyalakan api optimisme. Ia menawarkan peta jalan untuk memperbaiki sistem: menguatkan sistem informasi kesehatan, memanfaatkan teknologi canggih untuk mengolah data, meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam analisis statistik, serta menjalin kolaborasi erat dengan perguruan tinggi.

“Saya percaya, dengan komitmen bersama, kita bisa mengubah wajah kesehatan masyarakat Indonesia,” tandasnya, suara beliau penuh harap.

Hari itu, di hadapan para akademisi, mahasiswa, dan keluarga yang hadir, Prof. Hari tidak sekadar merayakan pencapaiannya. Ia menyerukan perubahan. Ia mengajak semua yang hadir untuk membayangkan masa depan di mana data bukan hanya angka, melainkan alat untuk menyelamatkan kehidupan.

(PKIP/Rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular