
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Kamis (3/7/2025) pagi, di halaman KUA Kecamatan Mulyorejo, suasana terasa syahdu. Bukan karena acara protokoler yang mewah, melainkan karena momen penuh makna: delapan musholla dan masjid di Kelurahan Mulyorejo diwakafkan secara serentak untuk Nahdlatul Ulama.
Bukan wakaf baru. Ini adalah janji yang tertunda sejak 2003 silam. Kini, dua dekade berselang, janji itu ditepati dalam bentuk ikrar pengganti wakaf -resmi, sah, dan penuh haru. Wakaf tanah yang dulunya hanya diikrarkan lisan, kini dicatat negara dan disahkan KUA, sesuai Undang-Undang Wakaf dan aturan Menteri Agama.
“Ini bukan sekadar surat, ini adalah bukti cinta orang tua kami pada Islam dan NU,” ucap salah satu keluarga pewakif yang hadir, matanya sembab menahan haru.
Deretan Musholla dan Masjid yang Diwakafkan:
- Masjid At-Taqwa (2 bidang tanah)
Diwakafkan oleh keluarga almarhum H. Kemis, Ibu Sunarniati, dan kawan-kawan. - Musholla Al-Hidayah
Wakaf dari keluarga Hj. Nafisyah. - Musholla Nurul Huda
Wakaf dari Hj. Asimah dan H. Katimin. - Musholla Babussalam
Wakaf dari Hj. Rohma. - Musholla Amanah
Wakaf dari keluarga almarhum Mat Sadeli dan Hj. Maryam. - Musholla Baitul Makmur
Wakaf dari Hj. Toiyyah Haulalifah.
Semua rumah ibadah itu kini secara resmi menjadi milik umat, di bawah naungan Perkumpulan Nahdlatul Ulama. Para nadzir (pengelola wakaf) yang ditunjuk pun bukan orang asing. Mereka adalah warga NU Mulyorejo sendiri:
- Ketua: Muhammad Ali Fuad
- Sekretaris: Moch. Shoim Syahri
- Bendahara: Moch. Ismail
- Anggota: Drs. H. Achmad Zaini Ilyas & Lukman Hakim Yasin
“Kami Tak Akan Lupa Siapa yang Menanam”
Kepala KUA Mulyorejo, H. Moh. Munir, dengan tenang tapi tegas menyampaikan bahwa meski kini dalam sertifikat akan tercetak nama Nahdlatul Ulama, sejarah pewakif tetap abadi.
“Tidak ada satu pun amal yang sia-sia. Nama para pewakif akan tetap dicatat. Tanah ini akan jadi jembatan pahala yang mengalir selamanya,” ujarnya.
KH. Ali Fuad, sebagai nadzir, menutup acara dengan kalimat penuh makna, “Kami hanya penjaga amanah. Tanah ini dulu milik para pejuang. Kini jadi milik umat. Dan selamanya, tetap milik Allah.”(*)
Kontributor: Ah. Zaini Ilyas
Editor: Abdel Rafi



