Friday, December 12, 2025
spot_img
HomeGagasanKolomRaudhah dan Magnet Shalawat: Jika Allah dan Malaikat Saja Bershalawat

Raudhah dan Magnet Shalawat: Jika Allah dan Malaikat Saja Bershalawat

Lokasi Raudhah di Masjid Nabawi, Arab Saudi. (foto: Firman Dan Arifin)

Raudhah, Taman Surga yang Tak Berbunga

Masjid Nabawi bukan sekadar tempat ibadah. Ia adalah samudera ketenangan yang meneduhkan jiwa. Namun di antara seluruh ruang suci itu, ada satu titik yang seolah memanggil hati dengan bisikan lembut: Raudhah, taman surga di bumi.

Terhampar di antara mimbar dan rumah Nabi SAW, Raudhah tak menyajikan bunga atau pepohonan. Tapi justru di situlah, ribuan jiwa rela menanti, berdesak dan bersabar, hanya demi sujud sejenak di atas hamparan karpet hijau yang menjadi saksi rindu.

Jika Allah dan Para Malaikat Bershalawat, Lalu Kita?

Pagi itu, selepas Subuh, kubah hijau Masjid Nabawi tampak begitu teduh. Jamaah perlahan meninggalkan pelataran, dengan wajah damai dan langkah ringan. Namun hati saya justru terasa berat, bukan karena letih fisik, tapi karena sebuah kesadaran yang menggetarkan.

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS Al-Ahzab: 56)

Saya ulangi ayat itu dalam hati. Allah bershalawat. Para malaikat pun bershalawat.
Lalu… saya? Kita?

Betapa sering lidah ini pelit menyebut namanya. Betapa jarang hati ini bergetar karena rindu padanya. Padahal, setiap huruf shalawat adalah cahaya. Dan tanpanya, mungkin kita tak pernah mengenal iman.

Raudhah Berbisik: Datanglah Bukan Sekedar Hadir, Tapi Cinta 

Raudhah bukan tempat untuk berebut posisi. Ia taman untuk menyucikan niat. Ia berkata:

“Jangan hanya datang sebagai peziarah. Hadirlah sebagai pecinta. Datanglah dengan hati. Pulanglah membawa shalawat.”

Bukan sekadar langkah yang tergesa menuju barisan depan, tapi keteladanan dalam kelembutan. Tidak mendorong, tidak mengambil hak orang lain, tidak merasa paling suci.

Raudhah mengajarkan: hadirkan akhlak Rasul dalam sikap, bukan hanya pujian di bibir. Hadirkan kelembutan yang menenangkan, bukan ambisi yang mendesak.

Raudhah, Magnet Lembut yang Menggerakkan Jiwa

Tidak seperti Ka’bah yang menggugah dengan pusaran thawafnya, Raudhah mengundang dengan diam. Ia memeluk, bukan menarik. Ia memanggil bukan dengan suara, tapi dengan getar rasa.

Ada yang datang ke Raudhah dengan tangis diam. Ada yang terpaku tak ingin pergi. Ada pula yang hanya duduk, seperti menyerap sesuatu yang tak kasat mata — tapi terasa nyata.

Saya pun sadar, Raudhah bukan sekadar tempat berdoa. Ia adalah tempat jiwa diingatkan.

Tentang Rasulullah. Tentang perjuangan. Tentang cinta yang memberi, tanpa meminta. Tentang akhlak, bukan sekadar kisah.

Shalawat, Partikel Cinta dalam Medan Magnet 

Dalam dunia teknik, medan magnet mampu mengatur arah tanpa suara. Raudhah pun demikian. Ia tak bersuara, tapi mampu menata ulang arah hati.

Jika Ka’bah adalah arah tubuh, maka Raudhah adalah arah jiwa. Dan shalawat adalah partikel cinta yang hidup di dalamnya.

Semakin sering kita bershalawat, semakin peka hati ini terhadap cahaya Rasulullah. Kita tak hanya merasa dekat secara fisik, tapi juga larut dalam kasihnya.

Jangan Hanya Lewat, Diamlah Dan Hiduplah di Dalamnya

Shalawat bukan hanya lafaz di lisan. Tapi juga sikap, tutur, dan amal. Di Raudhah kita belajar: mencintai Rasul bukan hanya dengan air mata, tapi dengan meneladani akhlaknya.

Karena Rasulullah tidak butuh pujian kita. Kitalah yang butuh tuntunan beliau.

Raudhah mengajarkan bahwa ziarah sejati adalah ziarah hati. Ketika keluar dari Masjid Nabawi, jangan biarkan shalawat kita tertinggal. Bawalah pulang. Jadikan ia napas harian. Nyalakan ia di rumah, di pekerjaan, di setiap ruang hidup.

Karena jika Allah dan para malaikat saja bershalawat…
Masak kita tidak? Masak hanya sesekali?
Padahal, rahmat itu justru yang paling kita butuhkan…

 

FIRMAN ARIFIN

Dosen PENS Dan Jamaah Haji 2025 Kloter 92 Nurul Hayat

RELATED ARTICLES

Ke al-Azhar Belajar

Sidang Ijazah, Lanjut

149 Juta Paragraf

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular