Friday, April 26, 2024
HomeGagasan"Sinetron" Politik Di Ibukota

“Sinetron” Politik Di Ibukota

 unnamed

Seolah-olah, bagaikan wasit yang meniupkan peluit bahwa ada pergantian pemain dari suatu tim, agar pertandingan menjadi seimbang. Yang terluka atau kelelahan akan diganti dengan pemain bangku cadangan yang lebih fresh dan lebih gahar.

Sorak-sorai penonton pembela tim lawan kemudian terhenyak ketika pemain pengganti Efdinal ternyata setengah dewa yang siap memberantas siapapun tanpa kenal ampun dan tanpa kenal lobby.

Kemudian mulai berdegup kencang ketika pemain pengganti mulai melakukan serangan balik mendekati gawang dengan menggiring opini publik dengan cara yang dahsyat.

Membongkar semua peristiwa saling terkait, mengendus semua pelanggaran dan mencabik-cabik si dzolim untuk dihantarkan ke meja pertanggungjawaban dihadapan hakim tipikor.

Ternyata BPK masih memiliki personel canggih yang terbebas dari kepentingan membantu tetangganya. Dilengkapi kacamata kuda untuk mendukung kinerja KPK mengungkap siapa yang paling bertanggungjawab atas kerugian keuangan daerah yang timbul atas ke-alpa-an dan ketidaktahuan atas proses pengelolaan keuangan daerah.

Pada akhirnya, gawang lawan kebobolan gol tunggal yang bisa merubuhkan keyakinan selama ini bahwa sang pelapor bukanlah pelaku atau setidaknya sang pelapor berpeluang sebagai pelaku yang sebenarnya.

Pelapor yang tidak menguasai masalah bahkan prosedur juga bukan alibi hukum namun sebuah persekongkolan jahat yang sepatutnya menanggung resiko kerugian keuangan daerah.

Aneh bin ajaib, ketika sang pelapor yang dengan mudah menyusun laporan saat di kepolisian, namun tergagap ketika ditanyai peran dan prosedur oleh hakim yang mulia di meja persidangan.

Apalagi sajian TV yang dibungkus iklan ketika jaksa turut serta mencecar saksi di persidangan, seolah membuat penonton kecewa atas tayangan live.

Dan diakhiri langkah korektif setelah sembuh dari sakit ingatan ketika disodori barang bukti oleh Kejaksaan di hadapan hakim. Penonton pun terhenyak atas lontaran komentar, “maaf saya koreksi, ternyata saya sendiri yang tanda tangan.”

Penonton pun lebih terngaga ketika reaksi emosi dengan mem-basi-kan suatu perkara yang sedang berjalan prosesnya di KPK, hanya karena asal media sang wartawan.

Selama menanti tayangan berikut, para pemain “sinetron” terjadi rotasi dan mutasi untuk mengisi hebohnya acara persidangan berikutnya. Selamat menikmati ‘sinetron” politik di ibukota.

PRABOWO SOENIRMAN

Penikmat Isu-Isu Sosial Politik, Tinggal di Jakarta

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular