
SURABAYA – China baru saja meluncurkan inovasi terbarunya, yakni sebuah alat cium jarak jauh. Untuk membantu pasangan yang berjauhan agar bisa merasa lebih dekat secara emosional. Namun, tidak sedikit pula netizen yang menganggap alat tersebut vulgar.
Menanggapi hal tersebut, pakar teknologi maju Shofa Aulia Aldhama mengatakan memang perkembangan produk asal China tersebut harus menjadi perhatian apabila dijual di Indonesia.
“Agar produk ini tidak disalahgunakan untuk calon pengguna yang belum cukup usia. Maka target market yang spesifik juga harus diperhatikan, misalnya syarat usia lebih dari 21 tahun dll itu perlu,” kata Shofa pada media ini, Senin (3/4/2023).
Ia juga mengatakan bahwa alat tersebut sebetulnya sudah ada sebelum di China viral, namanya ‘kissinger’. Konsep kerjanya sama, tetapi yang di China ini lebih advance dari segi sensor yang digunakan termasuk sentuhan, suara, aroma, gerakan bibir dan sebagainya.
Berkaitan dengan cara kerja, Shofa menyampaikan secara teknis cukup sederhana. Pasalnya melalui bantuan sensor yang terdapat pada desain mockup bibir, bisa terintegrasi dengan smartphone. Kemudian bisa menjalankan fungsinya dalam memainkan kognitif manusia.
“Semakin banyak stimulus yang diberikan saat menggunakannya, maka experience-pun akan terasa semakin “nyata”, sehingga otak manusia mempersepsikan seakan-akan sedang berciuman dengan pasangannya secara langsung,’’ jelas dosen yang ahli dalam bidang human factors and ergonomics itu.
Bagi Shofa, dalam pengembangannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari segi ergonomics. Pertama pemilihan material yang sesuai dengan tekstur kulit bibir. Kedua, memilih material yang aman dan mudah dibersihkan secara berkala. Sebab terdapat komponen sensor dan listrik yang mungkin rentan terhadap air.
Selanjutnya, dosen yang hobi naik gunung itu mengungkap dampak negatif dari penggunaan alat ciuman jarak jauh secara berlebihan. Hal tersebut akan mengurangi sensasi saat aktivitas berciuman yang nyata, sebab yang terekam di otak pengguna hanya alat.
Di samping itu, hal ini juga bisa berdampak positif bagi bagi pasangan yang sedang menjalani Long Distance Relationship (LDR) atau Long Distance Marriage (LDM). Lantaran bisa membantu menjaga keharmonisan hubungannya. Namun, ia kembali menegaskan produk yang dibandrol 1,2 juta ini bersifat privasi.
“Oleh karena itu, bagi calon pengguna atau pembeli harus bijak dalam menggunakannya sesuaikan dengan koridornya, yakni tidak mengumbarnya di tempat umum maupun mengunggahnya di tempat umum. Serta memperhatikan syarat usia yang ditetapkan agar produk ini tidak disalahgunakan,” pungkas dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga tersebut.
(mar/pkip/bti)



