JAKARTA – Ekonom nasionalis kenamaan Universitas Indonesia, Prof. Dr. Sri Edi Swasono menyayangkan perbaikan layanan perkeretaapian yang dilakukan Kementerian Perhubungan melalui PT KAI tidak dibarengi dengan ke-Indonesia-an. Nasionalisme dinilai kurang presisi tatkala film-film yang disajikan untuk penumpang serba asing.
“Pertengahan Januari dan awal Februari lalu saya dan tim menumpang Sancaka rute Mojokerto-Solo dan Jogja-Surabaya. Layanan dan disiplin waktunya bagus. Namun sangat-sangat disayangkan film yang diputar untuk penumpang tidak baik, tidak terkait dengan semangat membangun,” ujar Sri Edi Swasono dalam keterangannya yang diterima redaksi, Sabtu (6/2/2016).
Menurut menantu Bapak Proklamator Bung Hatta itu di KA Sancaka yang dia dan timnya tumpangi justru ditayangkan film-film asing low and cheap taste atau rendah citarasa. Film-film yang ditayangkan menurut aktivis Tamansiswa itu tidak bermanfaat untuk mempertebal ke-Indonesia-an.
“Alangkah baiknya kalau PT KAI mengusahakan film-film bermanfaat tentang tanah air, tentang budaya dan kesenian Indonesia. Saya tidak anti film asing apalagi bila bermutu. PT KAI bisa bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PFN, atau dengan Persatuan Pencinta Film Indonesia,” imbuhnya dengan tegas.
Pria kelahiran Ngawi Jawa Timur ini meminta pihak Kementerian Perhubungan atau PT KAI tidak memutar film-film Barat atau asing untuk rakyat awam apalagi dengan kualitas dan citarasa rendah.
“Hiburan tidak asal hiburan, after all (kerennya nih), modernisasi Indonesia bukan Westernisasi atau pun “keantah-berantahan”. Modernisasi adalah ke-Indonesia-an (kebhineka-tunggalikaan Indonesia),” pungkasnya.
(bti)