Tuesday, October 14, 2025
spot_img
HomePendidikanDunia KampusSosis Daun Kelor, Inovasi Unair untuk Cegah Kekurangan Gizi di Madura

Sosis Daun Kelor, Inovasi Unair untuk Cegah Kekurangan Gizi di Madura

Tim Pengmas Unair saat melakukan uji organoleptik di Laboratorium Organoleptik FKM Unair, Surabaya, Jumat (8/8/2025). (foto: Sandrina Indah)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Aroma sosis yang baru saja dikukus memenuhi ruang Laboratorium Organoleptik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair), pada Jumat (8/8/2025) lalu. Namun, kali ini bukan sosis biasa yang diuji. Sosis itu berwarna hijau muda, terbuat dari campuran daging dan daun kelor, tanaman yang dikenal kaya nutrisi, tapi kerap luput dari perhatian masyarakat.

Tim dosen, alumni, hingga asisten laboratorium duduk melingkar. Satu per satu sampel diberi kode, dicicipi, lalu dinilai berdasarkan rasa, aroma, warna, dan tekstur. Inilah bagian dari uji organoleptik yang dilakukan tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Unair, sebuah langkah kecil namun penting menuju solusi gizi bagi masyarakat, khususnya ibu hamil di Pulau Talango, Madura.

Mencari Rasa yang Pas

“Yang ini enak, teksturnya kenyal,” ujar Ratu Dian Prima Fermeza, asisten Laboratorium Gizi FKM Unair, sambil mencatat hasil uji. Ia menilai sampel 122 dan 598 sudah cukup seimbang, meski ada catatan khusus pada sampel 829 yang aromanya terlalu kuat.

Sasa, alumnus gizi FKM Unair, lebih memilih sampel 219. “Rasanya lebih ringan dan enak. Kalau dibandingkan, 219 lebih bisa diterima lidah masyarakat,” katanya.

Salah seorang penguji saat mencoba sampel sosis daun kelor di Laboratorium Organoleptik FKM Unair, Surabaya, Jumat (8/8/2025). (foto: Sandrina Indah)

Bahkan dosen pun ikut memberikan masukan. “Warna hijau muda lebih cocok dengan rasa sosis pada umumnya dan lebih mudah diterima oleh masyarakat,” ujar Bianda, dosen FKM Unair. Rekannya, Risma, menambahkan, “Sosis dengan campuran daun kelor lebih menarik secara visual, dan rasanya lebih enak dibandingkan hanya memakai bubuk kelor.”

Inovasi untuk Pulau Talango

Di balik pencarian rasa itu, ada persoalan serius yang hendak dijawab. Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil masih menjadi masalah di Pulau Talango, Madura. Angka pernikahan dini tinggi, risiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) pun meningkat.

Di sinilah sosis daun kelor diharapkan hadir sebagai solusi. Dengan gizi tambahan dari daun kelor, produk ini dapat menjadi makanan bergizi yang murah, praktis, dan mudah diterima masyarakat.

“Harapan kami sederhana, agar ibu hamil di daerah-daerah seperti Talango bisa mendapat asupan bergizi cukup. Sosis daun kelor ini bisa menjadi alternatif,” kata Ira Suarilah, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Unair.

Riset, Edukasi, dan Harapan

Proyek ini digarap bersama oleh kelompok riset Center for Health and Nutrition Education, Counseling and Empowerment (CHeNECE), Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan kelompok riset Keperawatan Dasar Fakultas Keperawatan Unair. Tak hanya dosen, mahasiswa S1 hingga S3 dari bidang gizi, keperawatan, dan kesehatan masyarakat juga ikut terlibat.

Beberapa sampel sosis daun kelor yang diuji dalam Uji Organoleptik oleh Tim Pengmas Unair di Laboratorium Organoleptik FKM Unair, Surabaya, Jumat (8/8/2025). (foto: Sandrina Indah)

Keterlibatan mahasiswa bukan sekadar membantu riset, tetapi juga bagian dari pendidikan: belajar bagaimana sains dan kepedulian bisa berjalan beriringan.

“Melalui uji organoleptik ini, kami ingin memastikan produk benar-benar sesuai selera masyarakat, sehingga nantinya bisa diproduksi massal,” kata Ira.

Jika semua berjalan lancar, pada September 2025 mendatang, sosis daun kelor ini akan mulai diperkenalkan di Pulau Talango.

Dari Laboratorium ke Meja Makan

Sosis daun kelor mungkin terdengar sederhana, tetapi di baliknya ada harapan besar yaitu memperbaiki gizi masyarakat, menekan angka KEK, dan memberi masa depan lebih sehat bagi ibu dan anak.

Dari laboratorium di Surabaya, aroma sosis hijau muda itu seakan membawa pesan bahwa inovasi bisa lahir dari potensi lokal. Dan dari potensi lokal itu pula, solusi gizi untuk Indonesia bisa tumbuh sebagaimana filosofi Kampus Berdampak dan program nasional pemerintah saat ini. Semoga. (*)

Kontributor: Rifka Annisa, Sandrina Indah, Riska Amelia, Aqmarina Abidah

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular