Thursday, February 13, 2025
spot_img
HomePolitikaKeamananSoal Temuan Bahan Peledak di Madiun, Pengamat ISESS: Jangan Sampai Ada Kesan...

Soal Temuan Bahan Peledak di Madiun, Pengamat ISESS: Jangan Sampai Ada Kesan Pembiaran!

Pengamat isu keamanan dan militer ISESS, Khairul Fahmi.

Jakarta, – Pada Rabu (29/1/2025) lalu, Tim Gegana Polda Jatim menemukan bahan peledak di karton mineral yang dicurigai berisi bom di Madiun.

“Ada sekitar 4 buah tabung pipa yang berukuran panjang 30 cm dengan diameter 13 cm dimana tiap tabung disemen pada bagian atas dan bawahnya serta terdapat sumbu rangkaian menyerupai petasan dan bukan kayak peluru,” ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Dirmanto saat dikonfirmasi tim media, Rabu (29/1/2025).

Menanggapi hal tersebut, menurut pengamat keamanan dan militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, penemuan paket mencurigakan di depan Indomaret Exit Tol Dumpil, Madiun tersebut menunjukkan pentingnya respons cepat masyarakat dan aparat kepolisian dalam menjaga keamanan publik.

“Laporan dari warga yang curiga terhadap paket tersebut langsung ditindaklanjuti oleh Polres Madiun dan tim Gegana Brimob Polda Jatim, yang dengan sigap mengamankan lokasi dan melakukan disposal terhadap isi paket. Kecepatan respons ini patut diapresiasi karena dapat mencegah kepanikan serta memastikan keamanan masyarakat sekitar,” ujarnya saat dihubungi media ini melalui sambungan telepon, Minggu (2/2/2025) sore.

Pihak Polres Madiun telah menegaskan bahwa paket tersebut bukan bom, melainkan berisi bahan mercon atau petasan. Meski demikian, lanjut Fahmi -sapaan karibnya-, temuan ini tetap tidak boleh dianggap enteng.

“Dari hasil evakuasi tim Gegana, paket tersebut berisi empat tabung pipa berukuran panjang 30 cm dengan diameter 13 cm, yang disemen di kedua ujungnya dan memiliki sumbu. Ini bukan sekadar petasan kecil yang biasa digunakan untuk perayaan, melainkan bentuk bahan peledak rakitan yang jika meledak bisa menimbulkan bahaya serius,” imbuhnya menambahkan.

Jika benar hanya berisi bahan petasan (black powder/potassium chlorate), lanjut alumnus FISIP Unair itu, daya ledaknya memang lebih kecil dibanding bahan peledak militer seperti TNT, RDX, atau C-4. Namun, lanjut Fahmi, ketika dikemas dalam tabung pipa yang tertutup rapat, tekanan ledakan bisa meningkat, menghasilkan efek serpihan (shrapnel) yang berpotensi melukai orang di sekitar.

“Dalam jumlah besar, bahan ini tetap dapat menyebabkan kerusakan dan cedera serius, apalagi jika digunakan tanpa pengawasan atau dalam situasi yang tidak terkendali,” tambahnya mengingatkan.

Di Madiun, lanjut Fahmi, kasus terkait petasan yang menelan korban sudah berulang kali terjadi. Ini menunjukkan bahwa regulasi mengenai petasan dan bahan peledak perlu ditegakkan lebih ketat. Produksi dan distribusi petasan dalam skala besar, lanjutnya, yang tidak terkontrol harus dicegah, karena bukan hanya mengganggu ketertiban, tetapi juga berisiko menimbulkan insiden yang lebih besar.

“Jangan sampai ada pembiaran atau pelumrahan terhadap praktik pembuatan petasan secara ilegal, apalagi jika sudah menyerupai bahan peledak berdaya ledak tinggi,” tegasnya mengingatkan lagi.

Karena itu, Fahmi pun meminta masyarakat agar lebih waspada dan pro aktif dalam melaporkan aktivitas mencurigakan terkait peredaran bahan peledak ilegal. Selain itu, lanjutnya, edukasi mengenai bahaya petasan dan bahan peledak perlu diperkuat, terutama di daerah yang memiliki tradisi penggunaan petasan dalam berbagai perayaan.

“Keamanan publik bukan hanya tanggung jawab aparat, tetapi juga seluruh elemen masyarakat,” tandasnya mengakhiri keterangan.

(tommy/rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular