Friday, April 26, 2024
HomeSains TeknologiLingkunganSoal Prediksi Terjadinya El-Nino di Indonesia, Begini Kata Pakar Lingkungan

Soal Prediksi Terjadinya El-Nino di Indonesia, Begini Kata Pakar Lingkungan

Ilustrasi El-Nino. (foto: istimewa)

SURABAYA – Isu mengenai perubahan iklim kembali mencuat. Hal ini diperburuk dengan beragam kejadian lingkungan yang belakangan ini santer dirasakan, seperti gelombang panas ekstrem yang terjadi di sejumlah negara hingga prediksi terjadinya El Nino di bulan Agustus mendatang. Indonesia pun diperkirakan menjadi salah satu negara yang terdampak.

Padahal isu perubahan iklim bukanlah hal baru. Pembicaraan mengenai hal itu sudah dibahas di berbagai tempat dan forum. Pengamat Lingkungan Wahid Dianbudiyanto, menuturkan bahwa isu perubahan iklim memperburuk keadaan dan fenomena alam yang terjadi belakangan ini.

“Secara sains, peristiwa El Nino dan Global Warming belum dapat dikatakan berhubungan. karena perbedaan event yang cukup besar,” ujarnya pada media ini.

Dalam paparannya, Global Warming sendiri disebabkan karena emisi gas rumah kaca yang menyelubungi bumi, sehingga panas matahari terperangkap. Sedangkan El Nino terjadi karena siklus alami di laut tropis Samudera Pasifik. Namun dapat disepakati bahwa keduanya bisa berdampak terhadap perubahan iklim.

Ia menambahkan, dalam menyikapi perubahan iklim, terdapat dua hal mendasar yang perlu dipersiapkan yaitu adaptasi dan mitigasi. Untuk adaptasi misalnya, masyarakat harus bersiap dengan suhu tinggi yang diakibatkan El Nino atau curah hujan ekstrim akibat perubahan iklim. Beragam hal bisa dilakukan, seperti mengurangi aktivitas luar rumah hingga menanam pohon.

“Mungkin bisa juga mulai dibiasakan menggunakan sunscreen untuk menjaga kesehatan kulit di bawah sengatan matahari,” tambah Dosen Teknik Lingkungan UNAIR tersebut.

Untuk upaya mitigasi atau pencegahan, masyarakat dapat mulai hidup dengan Green Lifestyle. Salah satunya dengan aktivitas menanam pohon. Menurutnya, meski menanam pohon merupakan aksi adaptasi, hal itu juga bisa disebut sebagai upaya mitigasi karena pohon dapat menyerap karbondioksida sehingga mampu mengurangi dampak pemanasan global.

“Pohon juga dapat menjaga sumber air tetap hidup, hal ini dapat digunakan sebagai upaya mitigasi saat terjadinya kemarau panjang,” pungkas dosen Universitas Airlangg tersebut.

(mar/pkip/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular