Friday, April 26, 2024
HomeEkonomikaSoal BSI, Pakar Sains Data: Peretas Biasanya Memainkan Kondisi Psikologis Korban!

Soal BSI, Pakar Sains Data: Peretas Biasanya Memainkan Kondisi Psikologis Korban!

ilustrasi. (foto: istimewa)

SURABAYA – Beberapa hari ini nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI) dibuat resah. Hal tersebut karena adanya gangguan sistem layanan bank syariah terbesar di Indonesia. Selain itu, nasabah kembali khawatir dengan cuitan LockBit 3.0 yang mengaku bertanggung jawab atas gangguan yang mengenai BSI tersebut. Mereka mengaku telah mencuri 15 juta data pengguna dan mengancam untuk menyebarkannya.

Walaupun belum dapat dikonfirmasi, cuitan tersebut menandakan bahwa masyarakat harus terus mawas diri dengan serangan siber. Bagaimanapun, serangan perangkat lunak berbahaya Ransomware tersebut perlu diantisipasi.

Pakar Teknologi Sains Data Dr. Maryamah, SKom., mengakatan bahwa virus tersebut sengaja menyebabkan gangguan baik pada komputer atau jaringan komputer.

Ransomware merupakan jenis malware yang mengancam untuk mempublikasikan data pribadi korban, mengambil informasi atau memblokir akses secara permanen pada suatu jaringan kecuali peretas mendapatkan uang atau ransom sesuai keinginannya,” ujarnya pada media ini.

Menurut Maryamah, biasanya peretas akan mengancam pemilik data dengan sejumlah uang dan jika tidak terpenuhi maka peretas akan mempublikasikan data pribadi  atau memblokir akses secara permanen pada suatu jaringan. Pada kasus BSI, peretasan data merupakan data nasabah bank yang berisi informasi rekening, akun mobile banking hingga informasi lain yang telah berisi uang.

“Peretas tidak perlu meminta sejumlah uang kepada customer karena dapat langsung menguras isi rekening dari pengambilan data customer,” tambahnya.

Maryamah mengatakan bahwa ketika peretasan terjadi sebaiknya segera laporkan kepada pihak berwajib agar tim siber dapat segera menangani dan jangan panik hingga gegabah dalam mengambil keputusan.

Selain itu, jika peretas meminta tebusan sebaiknya tidak langsung diberikan karena kita tidak memiliki kepastian apakah data akan dikembalikan setelah uang diberikan.

“Beberapa peretas memanfaatkan kondisi psikis dari korban yang panik dengan menawarkan uang namun itu bukan solusi yang terbaik,” ungkapnya.

Ia mengimbau agar masyarakat selalu waspada dalam menggunakan teknologi. Selain itu, juga jangan mudah untuk mengakses tautan-tautan asing yang masuk di sosial media. Baginya, sistem berbasis komputer sangat rentan dengan adanya hacking jika tidak ada pembaharuan keamanan sistem secara berkala.

Kita pun mampu menjaga keamanan data dengan cara-cara sederhana, seperti rutin mengubah password secara berkala, hingga memperbaharui software. Lebih dari itu, ia menambahkan untuk selalu berhati-hati dalam menyebar data-data privasi seperti NIK atau yang lainnya.

“Sering melakukan update perangkat baik smartphone atau laptop yang digunakan. Jangan menggunakan wifi publik yang tidak terpercaya terutama untuk mengakses website atau aplikasi data sensitif seperti mobile banking dan internet banking,” pungkas dosen Universitas Airlangga itu.

(mar/pkip/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular