JAKARTA – Musim penghujan yang tengah menerpa saat ini banyak menyebabkan terjadinya wabah demam berdarah, hal ini terjadi karena banyaknya genang air setelah hujan yang dapat menjadi sarang nyamuk DBD mengingat nyamuk tersebut hanya suka bersarang di air jernih dan bersih.
Dan setiap datang wabah demam berdarah DKI selalu disibukan dengan fogging dengan maksud membunuh nyamuk DBD, namun sayang pelaksanaan fogging yang dilakukan sering tidak tepat sehingga tidak efektif dalam membunuh nyamuk DBD.
Dalam kaitan hal tersebut, Agung Nugroho, Ketua Nasional Relawan Kesehatan Indonesia menyatakan nyamuk DBD memiliki jam operasional tertib dan tidak sembarangan menggigit.
“Nyamuk DBD ini termasuk golongan nyamuk yang memiliki jam operasional tertib. Karena dia akan pergi dari sarangnya untuk menghisap darah 1-1,5 jam setelah matahari terbit. Nyamuk DBD ini juga tidak sembarangan dalam menggigit korbannya, ada jam biologis yang membuatnya lebih aktif pada jam-jam tertentu,” dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Agung membeberkan lebih detail bagaimana nyamuk DBD ini bekerja agar pihak terkait lebih waspada dalam mengantisipasinya.
“Nyamuk DBD paling sering menggigit 2 jam setelah matahari terbit dan 3 jam sebelum matahari terbenam. Dan uniknya nyamuk DBD tidak beroperasi disekitar tempat nyamuk tersebut bersarang. Dia akan terbang dulu sejauh 100-200 M sebelum melalukan aktivitas menggigit,” imbuhnya.
Masih menurut Agung Nugroho, banyak terjadi ketidakefektifan dalam melakukan fogging, dimana masih banyak yang dilakukan diatas jam nyamuk DBD terbang meninggalkan sarangnya sehingga di satu lokasi fogging hanya membunuh nyamuk biasa dan serangga jenis lainnya.
“Sehingga perlu kiranya Pemprov DKI kembali memberikan pemahaman yang lengkap terhadap siklus hidup nyamuk DBD kepada petugas fogging, camat, lurah, ketua RT dan ketua RW agar terwujud niat membunuh nyamuk DBD dengan melakukan fogging tersebut” ungkap Agung.
Agung menambahkan akan menjadi sia sia ketika fogging dilakukan tidak sesuai dengan waktu aktif nyamuk DBD selain membuang-buang anggaran juga hanya membunuh nyamuk biasa dan serangga saja. Saat terjadi lagi penderita DBD lalu di-fogging lagi dengan pola yang tidak efektif tadi justru akan memberikan dampak buruk terhadap warga sekitar akibat pencemaran racun asap fogging.
“Yang paling efektif dalam memberantas nyamuk DBD adalah dengan melakukan 3 M dan membunuh jentik nyamuk agar tidak menjadi nyamuk baru,” tegasnya.
Agung Nugroho juga menyerukan peran aktif warga untuk dapat melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan jentik dimulai dari rumah dan halaman rumah masing-masing.
“Ayo aktif berantas sarang dan jentik nyamuk. Pertahankan halaman rumah kita masing-masing, Jangan sampai menjadi sarang nyamuk DBD,” demikian seru Agung Nugroho mengakhiri siaran persnya.
(bti)