Friday, April 26, 2024
HomeGagasanPohon Literasi, Praktik Baik Tingkatkan Minat Baca Anak

Pohon Literasi, Praktik Baik Tingkatkan Minat Baca Anak

Malam ini seperti biasa anak-anak semangat mengambil beberapa buku untuk dibaca sebelum tidur. Setiap malam di rumah kami, membaca adalah kegiatan wajib yang tak pernah dilewatkan. 

Meski keseharian sudah membaca buku sendiri, anak-anak tetap menantikan untuk dibacakan cerita oleh ayahnya. Baca buku bersama ayah adalah hal yang mereka nantikan setiap hari. 

Membaca bersama ayah terlihat seru dan menyenangkan. Tak sekadar mendengarkan setiap kalimat yang dibaca ayah. Namun, disela-sela itu mereka bebas bertanya dan berdiskusi tentang hal-hal menarik ataupun yang belum diketahui dari buku yang tengah dibaca. 

Setelah itu, ayah meminta mereka menceritakan kembali isi buku yang dibaca. Tak lupa menyampaikan juga pendapat atau kesan yang didapat setelah mendengarkan kisah dari buku yang sudah dibaca. Kemudian, mencatatnya di kertas kecil untuk ditempel ke pohon literasi. 

Sudah bertahun-tahun di rumah kami ada pohon literasi. Pohon literasi ini menjadi rekam jejak kegiatan literasi keluarga kami. Mencatat semua buku yang sudah dibaca dan diceritakan kembali. 

Pohon literasi ini menjadi praktik baik kami dalam menjalankan konsep merdeka belajar di rumah. Sejalan dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Di mana salah satu fokus merdeka belajar adalah berusaha meningkatkan kemampuan literasi anak. 

Rendahnya Minat Baca Indonesia

Salah satu latar belakang penetapan merdeka belajar di Indonesia adalah karena rendahnya minat baca. Tahun 2019, menurut survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), minat baca Indonesia menempati peringkat k- 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah. Artinya termasuk negara yang memiliki tingkat literasi rendah di dunia.

Sementara itu, UNESCO menyebutkan bahwa  minat baca  masyarakat Indonesia hanya 0,001persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca. 

Ini menjadi bukti bahwa persoalan literasi di Indonesia masih perlu banyak berbenah. Literasi menjadi salah satu fokus dalam penerapan merdeka belajar ini. 

Salah satu terobosan besar Merdeka Belajar adalah penerapan Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti Ujian Nasional (UN). AN bertujuan untuk mengukur kemampuan literasi dan numerasi siswa, di mana hasilnya tidak menentukan kelulusan tetapi sebagai bahan refleksi dan evaluasi pembelajaran di sekolah.

Merdeka belajar fokus pada pengembangan literasi baca. Hal ini sesuai dengan tolok ukur yang dimiliki oleh PISA. 

Literasi baca adalah kegiatan yang melibatkan keterampilan kognisi dan linguistik untuk tujuan tertentu. Ketika berhadapan dengan teks, seseorang akan menjalani rangkaian proses membaca dari memahami, menggunakan, mengevaluasi, hingga merefleksikan teks.

Literasi baca bukan sekadar senang membaca saja. Namun, juga bisa merefleksikan kembali bacaannya. 

Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong berbagai pihak terkait untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan literasi anak Indonesia. Tak hanya sekolah saja, orang tua juga punya peran penting dalam meningkatkan kemampuan literasi anak. 

Peran Orang Tua dalam Merdeka Belajar

Satu hal yang penting dalam merdeka belajar adalah bukan mendapatkan konsep, fakta, prosedur, namun yang paling utama adalah anak-anak mendapatkan pengetahuan metakognitif. Artinya apa yang diterima di sekolah bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, proses pembelajaran di sekolah dan di rumah harus berjalan seimbang

Dukungan dari orang tua merupakan salah satu kunci keberhasilan merdeka belajar. Dengan demikian, secara konkret orang tua bisa menjadi teman dan pendamping belajar bagi anak. Memahami kompetensi yang perlu dicapai anak pada fasenya.  Termasuk dalam menumbuhkan minat baca anak. Orang tua memiliki peran penting. 

Kita semua tahu, bahwa minat membaca pada anak tidak muncul begitu saja, tetapi melalui proses yang panjang dan tahapan perubahan yang muncul secara teratur dan berkesinambungan.

Saya masih ingat, dulu almarhum papa selalu membacakan buku sebelum tidur. Papa juga yang mengenalkan saya kepada berbagai bacaan. Mulai dari buku teks, novel, majalah, hingga tabloid. Semua itu yang akhirnya membentuk saya sebagai pribadi yang suka membaca. 

Pengalaman indah di masa kecil itulah yang akhirnya saya terapkan ketika memiliki keluarga sendiri. Bersama suami, kami berusaha memupuk minat baca pada diri anak-anak. 

Menurut saya, kebiasaan membaca yang diajarkan oleh orang tua sejak kecil akan mudah diingat oleh anak. Akan membekas dan bisa bertahan hingga dewasa. Sebagaimana yang saya alami. Kecintaan saya terhadap membaca adalah buah dari kesabaran papa yang tak pernah lelah membacakan buku setiap harinya. 

Memupuk Minat Baca dengan Pohon Literasi

Saya mengenal pohon literasi ini pada saat mengikuti kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional pada tahun 2017 lalu. Dimana salah satu materinya adalah meningkatkan minat baca anak. 

Saat itu, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat baca anak adalah dengan membuat pohon literasi. Pembuatan pohon literasi ini bertujuan untuk untuk melihat seberapa besar minat baca masing-masing anggota keluarga, hanya dengan melihat seberapa rimbun daun-daunan di pohon masing-masing.

Kami membuat pohon dari kertas karton. Kertas karton digambar sketsa pohon, kemudian diwarnai. Anak-anak memilih daun yang berwarna-warni. Kemudian kertas post it digunakan sebagai buah pohon. Buah pohon baru muncul jika kami sudah membaca buku. Buah milik anak-anak berwarna pink. Untuk saya berwarna kuning, sedangkan ayah berwarna oranye.

Pohon literasi ini membuat kami semua semakin semangat untuk membaca buku. Saat buah semakin rimbun, kebahagian kami pun semakin membuncah. Sudah enam tahun terakhir ini pohon literasi menjadi bagian dari rumah kami. Melalui merdeka belajar, kami semakin semangat merimbunkan pohon literasi ini. Apalagi, dukungan pemerintah terhadap pelibatan orang tua dalam merdeka belajar semakin besar. Pemerintah memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mempelajari buku-buku teks yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka melalui buku.kemdikbud.go.id. 

Kemendikbudristek terus berupaya untuk menghadirkan dan menyediakan buku-buku yang lebih asik, tidak  terlalu padat, dan lebih banyak ilustrasi menarik dengan tema yang lebih menyentuh dan relevan untuk meningkatkan minat baca anak. Buku-buku ini tentu sangat berarti bagi saya dan keluarga. Dengan buku-buku ini, kami tak akan kehabisan buku untuk dibaca setiap hari. Pohon literasi di rumah akan semakin rimbun. 

Pohon literasi adalah praktik baik merdeka belajar yang kami lakukan di rumah. Pohon literasi ini sebagai wujud peran kami sebagai orang tua dalam meningkatkan minat baca anak. Mendukung program merdeka belajar dalam bidang literasi. 

DIAN KUSUMAWARDANI
Blogger dan Praktisi Home Educator
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular