
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Membawa misi pencerahan kesehatan, tim dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) kembali menjejakkan kaki di wilayah terpencil Kabupaten Sumenep. Kali ini, pulau kecil Poteran di Kecamatan Talango menjadi sasaran pengabdian pada Sabtu (21/6/2025) lalu, dengan fokus mengangkat isu kusta yang kerap tersembunyi di balik stigma.
Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas. Ia menjadi bukti nyata pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian masyarakat, sekaligus wujud nyata kerja sama global (SDG 17) melalui kolaborasi erat antara Unair, Dinas Kesehatan Sumenep, Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Sumenep, dan Puskesmas Talango.
Perjalanan tim Farmasi Unair (FFUA) menunjukkan kelincahan dan kepedulian. Setelah sebelumnya fokus pada tuberkulosis (TB) di Bluto, kini perhatian bergeser ke kusta di wilayah yang lebih terpencil, Pulau Poteran.
“Semangat adaptif dan kepekaan tim terhadap dinamika permasalahan kesehatan jadi ruh pengabdian kami,” tegas Dr. apt. Abdul Rahem, M.Kes., Ketua Pelaksana kegiatan, saat dihubungi tim media Cakrawarta.com Selasa (24/6/2025).
“Pemindahan lokasi ke Pulau Poteran menjadi bukti bahwa pengabdian tak mengenal batas geografis. Yang ada hanyalah niat tulus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat yang membutuhkan,” papar Abdul Rahem.
Kusta, penyakit yang sebenarnya bisa disembuhkan, masih menjadi momok di banyak daerah terpencil. Stigma sosial yang melekat seringkali lebih menyakitkan daripada penyakitnya sendiri, membuat penderita enggan berobat dan terisolasi.
“Kusta ini penyakit yang masih menjadi stigma dan tantangan besar di beberapa wilayah terpencil,” jelas Abdul Rahem.
“Maka dari itu, kami mencoba untuk lebih berani menjangkau wilayah-wilayah yang sering kali luput dari sorotan,” tukasnya.
Motivasi ini juga diamini oleh Ketua Departemen Farmasi Praktis, apt. Andi Hermansyah, S.Farm., M.Sc., PhD. “Ketidaktahuan, ketakutan, dan minimnya akses layanan kesehatan membuat penderita kusta kerap terpinggirkan,” ujarnya.
“Inilah yang mendorong kami hadir membawa solusi berbasis ilmu, mulai dari edukasi, skrining, hingga pendampingan bagi kader kesehatan desa dalam format baru Integrasi Layanan Primer (ILP) dan Posyandu,” imbuhnya.
Kehadiran tim Unair disambut hangat oleh mitra di lapangan. Hudi Kuswoyo, S.Kep., Ns., Kepala Puskesmas Talango, mengungkapkan rasa syukur.
“Alhamdulillah, kami banyak dibantu oleh tim Pengmas UNAIR. Kami berharap kehadiran tim ini bisa membantu menuntaskan berbagai persoalan kesehatan masyarakat Talango,” ucap syukur Hudi.
Dari Dinas Kesehatan Sumenep, apt. Yenny Puspitasari Suharto, S.Si., menyampaikan terima kasih atas komitmen berkelanjutan Unair.
“Kusta memang bukan penyakit baru, namun keberadaannya masih menjadi momok. Terima kasih kepada Fakultas Farmasi UNAIR atas segala dukungan yang diberikan selama empat tahun berturut-turut ini,” ujar Yenny.
Ketua IAI Kabupaten Sumenep, apt. Drs. Heriono Setiadarma, menegaskan kesiapan organisasinya,
“Sebagai bagian dari masyarakat Sumenep, IAI siap setiap saat membantu dan mengikutsertakan anggotanya bersama tim Farmasi Unair memecahkan masalah kesehatan di sini,” sambut Heriono
Edukasi Langsung: Memutus Rantai Penularan dan Meningkatkan Kepatuhan
Kegiatan inti berisi edukasi mendalam. dr. Dewi Nurasrifah, Sp.DV, dokter spesialis kulit Rumah Sakit Unair, menjelaskan secara gamblang cara penularan kusta melalui percikan napas dan kulit tak utuh dari penderita yang belum diobati. Ia juga menekankan pentingnya pencegahan reaksi kusta,
“Jaga gizi seimbang, periksa gigi rutin, minum vitamin saraf (B1, B6, B12), obat cacing sesuai berat badan, obati infeksi lain, dan dapatkan pendampingan,” terangnya.
Kemudian pemateri lain, Dr. apt. Yuni Priyandani, Sp.FRS, menyoroti tantangan utama mengenai kepatuhan pengobatan,
“Terapi kusta harus tuntas. Obat sudah gratis, tapi kadang dianggap remeh. Efek samping obat juga sering jadi penghambat. Diperlukan tips khusus untuk mengatasi efek samping agar pasien tetap patuh,” paparnya.

Dikisahkan bahwa saat sesi diskusi yang dipandu apt. Devi Ristian Oktavia, S.Farm (mahasiswa S3 Farmasi Unair), berlangsung hangat dan interaktif. Peserta, terutama kader kesehatan dan kader ILP, menyatakan kegiatan ini sangat bermanfaat.
“Saking antusiasnya, masyarakat sampai minta izin untuk bertanya lebih lanjut lewat media sosial atau telepon langsung ke para pemateri jika menemui masalah di lapangan,” tuturnya.
Semangat warga Poteran yang menyambut hangat ilmu dan perhatian dari tim Unair menjadi penutup yang menggembirakan. Kolaborasi multi-pihak ini menyuntikkan harapan baru dalam upaya menghapus stigma kusta dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di pulau terpencil Sumenep. Perjalanan melawan kusta dan ketidaktahuan di Pulau Poteran baru saja dimulai, tetapi langkah pertama yang penuh dedikasi ini telah menabur benih perubahan.(*)
Kontributor: Adistiar
Editor: Abdel Rafi



