Thursday, April 25, 2024
HomePendidikanPsikologiPeran Penting Psikolog Dibalik Kemenangan Timnas U-22 SEA GAMES 2023

Peran Penting Psikolog Dibalik Kemenangan Timnas U-22 SEA GAMES 2023

Afif Kurniawan (belakang, tengah) saat bersama para pemain Timnas Indonesia U-22 Sea Games 2023 pada momen materi psikologi. (foto: istimewa)

SURABAYA – Di balik keberhasilan Tim Nasional (Timnas) sepak bola Indonesia dalam ajang Sea Games 2023 tak lepas dari peran psikolog. Salah satu tim psikolog yang resmi ditunjuk oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah Afif Kurniawan.

Dalam sepanjang sejarah, ini merupakan kali ketiga Timnas U-22 sepak bola Indonesia kembali meraih emas di ajang pertandingan atlet se-Asia Tenggara. Dalam kesempatan itu, Afif Kurniawan bersama dua rekan psikolog lainnya yaitu Steven Halim dan Laksmiari Saraswati memastikan kondisi psikologis atlet dari pra-latihan, latihan, pra-pertandingan, pertandingan hingga pasca-pertandingan.

Afif menjelaskan, persiapan berlangsung sejak dua bulan menjelang perhelatan hingga berakhirnya Sea Games. Ia menyebut terdapat tiga fase, yakni fase pemetaan profil, babak penyisihan grup, serta babak final dan semi final.

Menurutnya, pada fase itu, tantangan tim psikolog harus cepat dan tepat dalam memetakan profil lebih dari 50 pemain yang masuk dalam proses seleksi. Termasuk mengetahui kondisi latar belakang, profil keluarga dan lain-lain.

“Sebab, tanpa data awal, tidak mungkin psikolog bisa menyusun sebuah dinamika kepribadian seorang pemain,” ujarnya pada media ini.

Afif menambahkan bahwa pada fase grup, sebenarnya banyak komentar-komentar yang justru mencoba ‘melemahkan’ Timnas Indonesia. Banyak pihak berkomentar bahwa Timnas Indonesia diuntungkan sebab berada dalam grup yang mudah, dan sudah pasti lolos ke semifinal lalu akan kesulitan menghadapi Thailand atau Vietnam dari grup B.

Indonesia satu grup dengan Kamboja sebagai tuan rumah, lalu Timor Leste, Myanmar dan Filipina. Bagi para pengomentar miring tersebut, memenangkan pertandingan seharusnya sangat mudah.

“Secara tidak langsung, hal ini sebenarnya justru melemahkan sisi mental pemain terutama dari mindset. Ketika pemain menggunakan mindset ini. Maka mereka akan menganggap lawan sebagai tim yang mudah, dan cenderung meremehkan. Hal yang kurang sesuai dengan mindset yang terbangun di Timnas, lantaran semua tim yang berkompetisi sama-sama bagus,” imbuh Afif.

Karena itu, tim pendamping psikologis mengajak pemain untuk mengelola mindset memenangkan pertandingan bukan soal mengalahkan siapa yang menjadi lawan. Di samping itu, tim juga mulai membatasi kontak pemain dengan media sosial, serta melakukan pendekatan kognitif untuk merubah mindset.

Pada tahap ketiga ini, lanjut Afif, tim psikologis menekankan ketenangan dan pengelolaan emosi yang baik. Pasalnya semua pemain menantikan membawa emas. Namun, dalam kajian psikologi, semangat dan motivasi yang tidak dikelola dengan baik akan berbanding terbalik dengan performa.

“Terlalu bersemangat bisa meningkatkan kecemasan berlebihan dan justru membuat under performance. Maka kami melakukan pendekatan individu maupun kelompok, bersamaan dengan periodisasi latihan. Agar pemain dapat menampilkan ketenangan dan kewaspadaan serta sikap mental yang ideal saat menghadapi pertandingan,” tuturnya.

Alhasil, pemain mampu melakukan game plan, kemudian memanfaatkan peluang termasuk di fase injury time (tambahan waktu yang diberikan wasit atas waktu yang hilang selama pertandingan berlangsung). Kondisi tersebut tidak mudah dan membutuhkan ketenangan yang luar biasa dalam menghadapi tekanan pertandingan.

“Khusus menjelang final, kami sempat berbincang santai dengan pemain. Kemudian pemain dengan tenang menyampaikan jika Indonesia bisa menaklukkan Vietnam dengan baik, kenapa hal yang sama tidak bisa, pemain lakukan saat melawan Thailand nanti. Saat itulah kami menyadari bahwa tim ini sudah memiliki mentalitas yang ideal untuk menghadapi final, dan itu terbukti dengan ketenangan mereka saat menghadapi situasi sulit. Pemain menyamakan score 2-2 pada menit akhir waktu normal, hingga akhirnya Irfan Jauhari mencetak gol saat perpanjangan waktu kemudian oleh Fajar Fathurrahman serta Beckham Putra untuk menyudahi permainan,” ujar Afif.

Afif Kurniawan saat memberikan materi psikologi pada pemain Timnas Indonesia U-22 Sea Games 2023. (foto: istimewa)

Afif menyampaikan gelaran Sea Games itu merupakan bentuk nyata dari kesehatan mental yang baik dalam mempengaruhi kemampuan atlet untuk unjuk diri di lapangan. Untuk penonton yang menyaksikan pertandingan semifinal Indonesia melawan Vietnam 3-2, lalu final Indonesia melawan Thailand meraup score 5-2.

Bagi Afif, proses seluruh pemain dalam dua pertandingan tersebut merupakan gambaran bagaimana pemain mampu menampilkan versi terbaik dari dirinya, yang berkaitan dengan stabilitas emosi dan ketangguhan yang baik. Sebuah penampilan yang menggambarkan efek kesejahteraan psikologis pada penampilan pemain di lapangan.

“Pemain memiliki kontrol yang bagus, bisa mengelola banyak aspek dalam kondisi tertekan, bahkan saat rekannya dikeluarkan wasit karena melakukan kartu merah di semifinal, mereka tetap mengelola diri dengan baik dan fokus pada tujuan,” pungkas dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga tersebut.

Untuk diketahui, Afif juga sempat menjadi staf pelatih bidang pengembangan psikologi atlet Persebaya selama tiga musim berturut turut, mulai 2017 sampai 2020. Selain itu, ia banyak berkecimpung pada psikologi olahraga dan pendampingan para atlet. Salah satunya tim nasional baseball softball putri untuk Asean Games 2018. Termasuk kerap menjadi observer analisis kebutuhan psikologis tim olahraga. Maka tak heran, jika kembali terpilih sebagai extra official, dalam hal ini sebagai tim pendamping psikologis Timnas Sepakbola di Kamboja Phnom Penh.

(mar/pkip/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular