Jakarta, – “Menteri Koperasi terlihat kurang memahami Asta Cita Presiden Prabowo Subianto,” tegas Plt Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Indah Suksmaningsih dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Pernyataan Indah Suksmaningsih itu terkait dengan fenomena sosial ekonomi dimana beberapa hari ini khalayak ramai dikejutkan dengan sebuah kejadian yang mengherankan. Di Boyolali, para peternak dan penghasil susu membuang susu hasil perahan mereka. Bahkan, sebagian di antaranya digunakan untuk mandi. Tentu saja ini adalah bentuk demonstrasi kekecewaan mereka terhadap kebijakan yang dianggap merugikan mereka, yaitu pembatasan kuota susu yang masuk ke pabrik atau Industri Pengolahan Susu (IPS).
Bahkan Menteri Koperasi Budi Arie sudah membenarkan tentang tingginya impor susu sapi ke tanah air dari Australia dan Selandia Baru dan juga bea masuk 0% untuk susu impor yang menyebabkan susu impor juga 5%lebih murah daripada susu lokal.
Tanggapan pihak YLKI, lanjut Indah Suksmaningsih merupakan bentuk kritik terkait kebijakan pembatasan kuota susu yang masuk ke pabrik atau IPS yang diberlakukan pemerintahan baru Prabowo Subianto melalui kementerian terkait.
“Menteri Koperasi dengan kebijakan bea masuk 0% dan pembatasan kuota susu lokal, nampak cenderung lebih mendukung para pengusaha importir dibanding produsen susu lokal,” tegas Indah sekali lagi.
Karena itu, jika Menteri Koperasi Budi Arie tetap mempertahankan kebijakannya itu, maka seakan hanya menjadi makelar susu dan tidak berdiri di atas jabatannya.
“Dengan kebijakan yang timpang ini, Para peternak susu hanya diarahkan pemerintah untuk berproduksi saja tanpa memikirkan pasarnya, karena harga susu impor yang lebih murah,” tukas Indah.
Oleh karena itulah, pihak YLKI meminta pemerintahan Prabowo khususnya Kementerian Koperasi untuk meninjau ulang dan mengevaluasi segera kebijakan pembatasan kuota susu lokal dan juga bea masuk 0% susu impor.
“Hal tersebut penting dilakukan guna mendukung produksi susu lokal serta penyerapannya oleh industri susu nasional,” pungkasnya.
(rils/rafel)