Saturday, April 27, 2024
HomeEkonomikaNasionalKapan Kira-Kira Pesawat Masuk Bengkel dan Karena Apa?

Kapan Kira-Kira Pesawat Masuk Bengkel dan Karena Apa?

Sejumlah pesawat memasuki bengkel Batam Aero Technic (BAT) yang merupakan member of Lion Group untuk dilakukan MRO. (foto: lion group)

BATAM – Pesawat udara adalah salah satu alat transportasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat bepergian. Pesawat udara memiliki keunggulan dalam hal kecepatan, kenyamanan, dan efisiensi. Dalam operasional, ternyata pesawat udara membutuhkan perawatan dan perbaikan berkala dan rutin guna menjaga kelaikannya terbang. Kalau begitu, kapan kira-kira sebuah pesawat harus masuk bengkel untuk perawatan dan perbaikan?

Untuk menjawab hal tersebut, kepada media ini, Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, mengatakan bahwa pesawat masuk bengkel berdasarkan perhitungan dan perencanaan yang cermat atau schedule maintenance, yang sudah direkomendasikan oleh pabrikan pesawat untuk memastikan kelancaran operasional dan keamanan penerbangan.

“Jawabannya, pesawat masuk bengkel berdasarkan jadwal perawatan yang cermat, rekomendasi produsen pesawat, regulator penerbangan dan maskapai. Jadwal ini mencakup interval waktu, jam terbang, atau jumlah pergerakan (lepas landas dan mendarat) yang harus dipenuhi oleh pesawat udara sebelum masuk bengkel,” ujar Danang pada media ini.

Perawatan dan perbaikan pesawat udara atau maintenance, repair, and overhaul (MRO), lanjut Danang, adalah proses yang dilakukan salah satunya Batam Aero Technic (BAT) member of Lion Group telah beroperasi penuh sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Perusahaan ini memiliki sertifikat dari otoritas penerbangan yang berwenang, seperti Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Indonesia (Directorate General of Civil Aviation (DGCA)); The Civil Aviation Authority of Thailand (CAAT); The Civil Aviation Authority of Malaysia (CAAM); The United States Department of Transportation (USDOT or DOT) Director of Civil Aviation (Amerika Serikat), Director of Civil Aviation Bailiwick of Guernsey (Eropa) dan The Federal Aviation Administration US (Amerika Serikat).

“Sertifikasi dari lembaga lainnya sedang proses,” imbuhnya.

BAT, lanjut Danang, menjalankan proses MRO secara transparansi dan kepatuhan terhadap standar internasional. Setiap pesawat diperlakukan (penanganan) penuh perhatian dan ketelitian, mengikuti regulasi yang ketat industri penerbangan.

“Sebagai contoh Batik Air, perhitungan dan perencanaan perawatan yang cermat merujuk kepada Maintenance Program Batik Air yang disahkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara,” tukasnya.

Batam Aero Technic, lanjutnya, mulai beroperasi pada 2014, sejalan perkembangan hanggar telah mencakup 30 hektar dan akan terus diperluas. Kemampuan atau kapabilitas BAT jangka menengah serta mendatang diharapkan mendukung dan memenuhi pasar Asia Pasifik yang tumbuh, diprediksi kisaran 12.000 unit pesawat udara.

“Batam Aero Technic saat ini mampu perawatan jenis pesawat Airbus 320 series, Boeing 737 series, Airbus 330 series, Hawker 800/ 900 XP, ATR 72 500/ 600, dan tipe pesawat lainnya,” detail Danang.

“Batam Aero Technic memahami pentingnya melakukan inspeksi atau pemeriksaan menyeluruh, terhadap seluruh sistem pesawat, perawatan mesin dan seluruh komponen pesawat, serta evaluasi struktural secara berkala agar setiap pesawat siap terbang dengan performa terbaik,” tambahnya.

Terkait perawatan dan perbaikan, menurut Danang, berbagai jenis pemeriksaan perawatan dan perbaikan pesawat terbang yang dilakukan di bengkel atau di bandar udara diantaranya:

  • Pemeriksaan harian yang dilakukan sebelum dan sesudah pesawat terbang beroperasi, seperti sebelum keberangkatan (preflight check/ inspection), transit check dan daily inspection. Pemeriksaan ini dilakukan oleh teknisi pesawat terbang yang bertugas di bandar udara.
  • A check/ Phase check: perawatan pesawat (ringan) yang dilakukan dalam interval jadwal tiap tipe pesawat berbeda-beda, kurang lebih dilakukan setiap 250 – 1.500 jam terbang (flight hours) atau 200 – 750 siklus terbang (flight cycle) yang membutuhkan kurang lebih 12 – 50 jam kerja dalam pelaksanaannya.
  • B check: perawatan pesawat (sedang) yang dilakukan dalam interval setiap 5 – 6 bulan, tergantung jenis pesawat udara. Pemeriksaan ini membutuhkan sekitar 1.500 – 1.700 jam kerja dan umumnya dilakukan di hanggar.
  • C check: perawatan pesawat (berat) yang dilakukan dalam interval berbeda-beda tiap tipe pesawat kurang lebih dilakukan setiap 15 – 36 bulan atau 4.000 – 12.000 jam terbang. Pemeriksaan ini membutuhkan sekitar 1.000 – 2.000 jam kerja dan umumnya dilakukan di hanggar. Pada pemeriksaan ini, pesawat akan dibongkar sebagian besar komponennya untuk diperiksa dan diperbaiki seperlunya.
  • D check: perawatan pesawat (overhaul) yang dilakukan dalam interval setiap 8 – 10 tahun atau 24.000 – 30.000 jam terbang, tergantung jenis pesawat terbang. Pemeriksaan ini membutuhkan sekitar 3.000 – 6.000 jam kerja dan umumnya dilakukan di hanggar khusus. Pada pemeriksaan ini, pesawat terbang akan dibongkar seluruhnya untuk diperiksa bagian strukturnya, component, dan system  serta akan diperbaiki jika ditemukan kerusakan atau malfunction.

“Pesawat memasuki bengkel atau hanggar untuk menjalani proses MRO karena alasan krusial yang berkaitan dengan keamanan, kinerja, dan keandalan pesawat,” pungkasnya.

(rils/rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular