SURABAYA – Profesi dokter hewan memiliki berbagai macam keahlian. Salah satunya adalah ahli patologi veteriner. Salah satu kajian para ahli patologi veteriner adalah keamanan pangan yang berasal dari bahan hewan, penyakit zoonosis, epidemiologi, hingga kesejahteraan hewan. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Hani Plumeriastuti, drh., MKes., saat dirinya dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Airlangga di Aula Garuda Mukti Kampus C Unair, Surabaya, pada Rabu (27/12/2023).
Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai peran dan tantangan akan dihadapi oleh para ahli patologi veteriner seperti dalam menjamin keamanan pangan, ahli patologi veteriner harus mengikuti konsep Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH). Sementara pada ruang lingkup zoonosis dan epidemiologi, mereka menjadi garda terdepan dalam pemeriksaan awal penyebab kematian dan kelainan organ tubuh.
Ahli patologi veteriner juga bertugas dalam proses penyidikan terhadap laporan dugaan tindak pidana kejahatan pada hewan. Mereka menentukan terjadinya kelainan organ melalui metode nekropsi.
“Hasil nekropsi atau bedah bangkai menjadi salah satu dasar penentuan diagnosis, mulai dari penyakit infeksius sampai non infeksius,” kata Hani sapaan akrabnya.
Kemampuan dalam diagnosis penyakit menjadi kompetensi dominan bagi ahli patologi veteriner. Selama ini mereka telah terlibat dalam diagnosis berbagai kelompok hewan.
“Dalam lima tahun terakhir para ahli patologi veteriner banyak terlibat dalam diagnosis penyakit mamalia laut, yang mati atau terdampar di wilayah perairan Indonesia,” tuturnya.
Lebih lanjut, Hani beberapa kali berkesempatan melakukan pemeriksaan pada hewan akuatik yang terdampar. Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan (UPVETAP) Fakultas Kedokteran Hewan Unair tempat ia bekerja, mencatat bahwa permintaan pemeriksaan patologi hewan cukup tinggi.
“Setiap permintaan bisa terdiri dari belasan hingga puluhan sampel yang masuk. Ini menunjukkan bahwa FKH Unair telah berkontribusi pada penjaminan keamanan pangan asal hewan,” ungkapnya.
Selain kemampuan diagnosis, lanjut Hani, ahli patologi veteriner seyogianya mampu dalam mengembangkan riset hingga penemuan obat baru. Penemuan ini menggunakan model hewan coba sebagai sarana penelitian.
Ke depannya, Hani menegaskan bahwa perlu adanya kontribusi sektor pendidikan dalam menghadapi tantangan ini. Oleh karena itu, dalam mencetak ahli patologi veteriner perlu adanya Pendidikan Spesialis Patologi Veteriner pada lingkungan pendidikan dokter hewan.
“Pendirian program tersebut tidaklah mudah dan singkat. Dukungan legalitas dari legislatif juga sangat penting,” tegasnya.
(pkip/mar/bti)