
NGANJUK, CAKRAWARTA.com – Setiap pagi, bahkan sebelum matahari menyapa perbukitan Ngluyu, langkah-langkah kecil sudah meninggalkan jejak di jalanan becek penuh lumpur. Di Dusun Suru, Desa Lengkong Lor, Kabupaten Nganjuk, anak-anak menantang alam demi satu tujuan yang tak pernah luntur: bersekolah.
Salah satu di antara mereka adalah Karisma, siswi kelas V SDN 1 Ngepung, Desa Sumbermiri. Untuk sampai ke sekolah, ia harus berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer. Tak mudah, apalagi saat musim hujan tiba. Jalanan tanah berubah menjadi lumpur, membuat sepatunya kerap tertinggal, namun tidak dengan semangatnya.
“Kalau hujan, jalannya becek. Tapi kami berangkat lebih pagi supaya enggak terlambat ke sekolah,” ujar Karisma kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Bagi Karisma dan anak-anak lainnya di Dusun Suru, sekolah bukan hanya kewajiban, tapi harapan. Meski di desanya terdapat SDN 1 Lengkonglor, namun jaraknya mencapai 7 kilometer dengan medan yang sulit. Maka, SDN 1 Ngepung menjadi pilihan terdekat, meskipun tetap harus ditempuh dengan susah payah.
Kondisi ini menjadi perhatian aparat TNI. Di tengah berbagai keterbatasan, para prajurit hadir lewat program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-124 yang digelar Kodim 0810/Nganjuk. Mereka tak hanya membawa alat berat, tetapi juga harapan.
Jalan sepanjang 1.100 meter yang semula berupa tanah berlumpur kini mulai dicor. Program ini menyasar langsung kebutuhan warga—terutama anak-anak sekolah dasar yang selama ini bergantung pada akses tersebut.
“Kalau akses jalannya bagus, tentu anak-anak tidak kelelahan sebelum sampai sekolah. Semangat mereka bisa diarahkan untuk belajar, bukan habis di jalan,” kata Dandim 0810/Nganjuk sekaligus Dansatgas TMMD, Letkol Inf Andi Sasmito, Senin (26/5/2025).
Lebih lanjut, Andi menegaskan bahwa pendidikan adalah fondasi utama kemajuan bangsa. Karena itu, menurut dia, perbaikan infrastruktur seperti akses jalan harus menjadi bagian dari perhatian bersama.
Hal senada disampaikan Danrem 081/DSJ Kolonel Arm Untoro Hariyanto. Ia menilai, jalan penghubung antara Desa Lengkong Lor dan Desa Sumbermiri bukan hanya vital bagi dunia pendidikan, tapi juga bagi sektor pertanian, peternakan, hingga ekonomi warga.
“Jika jalannya baik, aktivitas warga akan lebih lancar. Ini akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan,” ujar alumnus Akademi Militer 1998 tersebut.
Selain pembangunan jalan, TMMD ke-124 juga meliputi pembuatan lima unit sumur bor dan renovasi 13 rumah tidak layak huni (Rutilahu). Dua program itu diharapkan bisa memberikan dampak nyata terhadap kualitas hidup masyarakat pedesaan.
Di Dusun Suru, lumpur tak lagi menjadi akhir dari cerita. Kini, perlahan tapi pasti, jalan menuju mimpi mulai terbuka. Semangat anak-anak di pelosok Nganjuk tetap menyala—disambut tangan-tangan yang enggan berpangku—mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
(Arwang/Rafel)