
Surabaya, – Dunia kini mulai dihebohkan dengan munculnya penyakit pernafasan yang disebabkan oleh Human Metapneumovirus (HMPV). Kasus bermula dan telah menunjukkan situasi peningkatan kasus di China. Dalam momentum pergantian tahun baru dalam Kalender China, maka migrasi manusia tak terhindarkan.
Terbaru, Malaysia mengumumkan bahwa di negaranya telah terdeteksi penyakit akibat HMPV dan mencapai ratusan kasus. Sementara Indonesia pada Selasa (7/1/2025) lalu melalui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa HMPV telah masuk ke Indonesia dan diderita oleh anak-anak. Dalam konteks menyerang anak-anak inilah, tidak hanya Indonesia tetapi negara lain juga mengalami.
Karena itulah, dunia mengalami kekhawatiran kembali. Hal ini tak terlepas dengan kasus Covid-19 pada 6 tahun lalu yang dimulai dengan gejala serupa dan antisipasi negara-negara di dunia nampak biasa saja hingga terjadilah pandemi yang tak pernah diperkirakan sebelumnya.
Namun, dalam keterangannya pada media, Kamis (9/1/2025), Pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Dr. dr. M. Atoillah Isvandiari mengungkapkan bahwa HMPV berasal dari keluarga Paramyxoviridae dan serupa dengan virus campak dan gondong.
“Virus ini berbeda dengan SARS-CoV-2, penyebab Covid-19 yang berasal dari keluarga Corona. Meskipun sama-sama menular melalui saluran napas, gejala HMPV biasanya tidak menyebabkan kasus parah. Kecuali pada individu dengan sistem kekebalan yang sangat lemah,” ujar dokter Ato’ sapaan akrabnya.
Berbeda dengan Covid-19 yang dapat menyebabkan kerusakan luas pada jaringan paru-paru, lanjut dokter Ato’, pada HMPV cenderung tidak memiliki potensi fatal yang serupa. Karena itulah, kerap ditemukan khususnya di negara-negara dengan sistem surveilans genomik yang baik.
“Kasus HMPV ini rutin ditemukan setiap tahunnya terutama di musim dingin dan tingkat kematiannya sangat rendah. Mestinya, bila ditemukan di Indonesia situasinya mungkin tidak berbeda,” imbuhnya.
Meskipun begitu, dokter Ato’ tetap meminta masyarakat untuk tetap waspada khususnya pada kelompok anak-anak dan lansia yang rentan terhadap virus ini. “Anak-anak dan lansia lebih rentan karena imunitas mereka lebih rendah dari kelompok usia produktif. Pada balita, risiko virus ini menjadi radang paru atau pneumonia yang memerlukan perawatan di rumah sakit lebih besar daripada kelompok usia produktif,” tukas pria yang juga menjadi Wakil Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair itu.
Dokter Ato’ juga berbagi tips bagaimana cara mencegah penularan HMPV ini yaitu dengan menghindari berdekatan dengan orang yang sedang menunjukkan gejala batuk, bersin, pilek, dan demam.
“Gunakan masker di tempat ramai. Hindari kontak dengan orang yang sedang sakit, dan jaga pola tidur serta asupan protein,” pinta dokter Ato’.
Potensi Menjadi Wabah Global Tetap Ada
Menurut pria murah senyum ini, penyebaran HMPV di Indonesia dipengaruhi banyak hal terutama tingginya mobilitas internasional sehingga ia menegaskan pentingnya pemerintah untuk segera melakukan pendekatan surveilans dan sistem pelaporan Influenza-like Illness (ILI) sebagai alat deteksi dini.
“Potensi HMPV menjadi wabah global masih tetap ada. Namun, jika dilihat dari tingkat kematian, HMPV sejauh ini belum menunjukkan ancaman yang serius,” ujarnya memberikan warning namun menenangkan.
Karena itu, menurut dokter Ato’ sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan dalam rangka deteksi dini dan pencegahan. “Saya kira masyarakat tidak perlu panik, tetapi segera lakukan tindakan pencegahan yang benar. Sebagian besar penyakit akibat virus ini merupakan self-limiting disease atau penyakit yang sembuh sendiri selama daya tahan tubuh kita tetap terjaga,” tandas dokter Ato’ mengakhiri keterangannya.
(pkip/rafel/tommy)