Monday, November 24, 2025
spot_img
HomeGagasanKolomHijrah Menuju Keikhlasan: Dari Mekah ke Madinah, dari Terpaksa ke Cinta

Hijrah Menuju Keikhlasan: Dari Mekah ke Madinah, dari Terpaksa ke Cinta

Finishing pergantian kiswah tanggal 1 Muharram 1447H, bertepatan jamaah Nurul Hayat Umroh sunnah terakhir sebelum “hijrah” ke Madinah. (foto: Firman Arifin)

Tepat di akhir Dzulhijjah 1446 H, suasana di Masjidil Haram kembali menjadi pusat perhatian. Prosesi pergantian kiswah Ka’bah berlangsung khidma. Kiswah lama diturunkan, kiswah baru dinaikkan dengan kaligrafi emas yang agung.
Benar, kami tidak menyaksikan langsung proses pergantian pada malam 1 Hijriyah (malam 1 Muharram), karena dengan berbagai pertimbangan, kami hanya menyimaknya melalui siaran televisi.

Namun subhanallah, pada tanggal 1 Muharram tepatnya, saat kami menjalani umrah terakhir dan saat melakukan tawaf, kami masih menyaksikan proses finishing jahitan kiswah Ka’bah secara langsung. Suatu pemandangan yang langka dan begitu menyentuh. Sebuah pengingat bahwa kain mulia itu tidak hanya dipasang, tapi juga disempurnakan dengan ketelatenan dan kehormatan, sebagaimana hati kita pun perlu dijahit ulang dengan keikhlasan.

Terlebih lagi, pada 1 Muharram ini saya dan istri telah memesan hotel dekat Masjidil Haram. Sebuah kemudahan yang tak ternilai, sebagai bagian dari ikhtiar dan rasa syukur.

Kiswah yang berganti bukan hanya simbol kemegahan Ka’bah, tapi juga simbol pembaruan jiwa. Seperti lembaran baru yang siap ditulis, kita pun diajak memperbarui niat, memperhalus arah, dan mempertebal cinta kepada Allah.

Dari Ta’if Menuju Hijrah: Lembah Luka Sebelum Cahaya

Sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, beliau lebih dulu menapaki jalan pedih ke Ta’if. Bukan sambutan, yang beliau terima justru batu dan hinaan. Luka di tubuh, perih di hati. Namun di tengah semua itu, Rasul tak memaki, tapi mendoakan. Ia berharap kelak, dari anak keturunan mereka, lahir generasi beriman. Detail tulisan tentang Ta’if ini sudah pernah saya bagikan pada artikel sebelumnya, setelah kami menjalani city tour ke sana.

Hijrah tidak dimulai dari kemenangan, tapi dari kesabaran dalam luka. Dari Ta’if beliau kembali ke Mekah, lalu Allah bukakan jalan ke Madinah. Di sanalah, Islam mekar menjadi peradaban.

Dari Haji ke Hijrah: Waktu Berubah, Arah Menyatu

Perjalanan haji kami tahun ini pun demikian. Setelah melewati Arafah, Muzdalifah, Mina, thawaf, dan sa’i, kini kami mau bergerak ke Madinah. Meskipun bukan bagian wajib haji, kunjungan ke Madinah menjadi titik penutup yang justru membukakan awal. Awal dari hijrah batin.

Dulu, Nabi berhijrah demi menyelamatkan akidah dan membangun peradaban. Sekarang, kita berhijrah dari rutinitas menuju cinta, dari ibadah karena kewajiban menjadi ibadah karena kerinduan. Dari takut ke ikhlas.

Hijrah Itu Seperti Upgrade Daya Listrik

Ibadah tanpa hati itu seperti rumah berdaya 450 watt. Cukup untuk nyala lampu, tapi tidak cukup menyalakan AC keikhlasan atau mesin spiritualitas. Saat hati dilibatkan, daya itu meningkat.
Dari sekadar menjalankan, menjadi menikmati. Dari menggugurkan kewajiban, menjadi mempersembahkan cinta.

Demikian pula dengan haji. Ia bukan penutup, tapi titik tolak. Bila kita pulang dari haji tanpa perubahan sikap, mungkin kita belum benar-benar berhijrah.

Doa Ditunda, Makna Diperdalam

Hari ini sebenarnya saya menjadwalkan untuk melanjutkan seri tulisan “Doa-Doa Menuju Haji Mabrur”, yang sudah berjalan beberapa hari. Namun, karena momen sakral pergantian kiswah dan Tahun Baru Islam ini begitu menyentuh, izinkan saya menundanya sejenak.

Sebab kiswah yang berganti bukan hanya tentang kain yang dibentangkan, tapi juga tentang hati yang diperbarui. Inilah waktu yang tepat untuk mengarahkan ulang niat, membenahi arah ibadah, dan memperkuat energi keikhlasan.

InsyaAllah, seri doa-doa Haji Mabrur akan berlanjut esok hari, dengan semangat hijrah yang lebih segar dan lebih tulus.

Semoga Allah bimbing kita semua untuk mengganti “kiswah” dalam diri. Dari kebiasaan menjadi kesadaran, dari kepenatan menjadi kerinduan, dari formalitas menjadi cinta.
Selamat Tahun Baru Hijriah. Selamat berhijrah.

FIRMAN ARIFIN

Dosen PENS dan Jamaah Haji 2025 Kloter 92 Nurul Hayat

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular