
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR) merayakan puncak Dies Natalis ke-27 dengan meriah dan penuh makna. Acara bertema Festival Puncak itu digelar pada Selasa (2/12/2025) di Ternate Hall, ASEEC Tower, Kampus Dharmawangsa-B UNAIR, menghadirkan perpaduan antara refleksi akademik, optimisme masa depan, dan pertunjukan budaya yang memikat.
Dalam sambutan pembuka, Ketua Pelaksana Dies Natalis, Nuri Hermawan menyampaikan bahwa usia ke-27 menjadi momentum FIB untuk semakin meneguhkan kiprah nasional dan internasional.
“Fakultas kita memiliki strategi-strategi besar yang tidak hanya di ranah nasional, tetapi juga internasional. Kegiatan ini dapat menjadi langkah awal dan capaian baru untuk membawa perubahan yang lebih baik lagi,” ujarnya.
Senada dengan itu, Dekan FIB UNAIR, Syahrur Marta Dwi Susilo menekankan perlunya integritas, kerja bersama, dan konsistensi pengembangan sumber daya. “FIB telah mengalami banyak perkembangan, dari bidang studi hingga sarana dan prasarana. Tahun depan akan dibangun pusat kegiatan mahasiswa yang diharapkan melahirkan prestasi-prestasi baru. Mari kita jadikan FIB yang terbaik di kancah nasional dan internasional,” tegasnya.
Salah satu magnet acara adalah penampilan legenda ludruk Jawa Timur, Cak Kartolo, yang berhasil menghidupkan suasana dengan humor khas dan pesan bernilai sastra, selaras dengan identitas FIB UNAIR sebagai rumah studi budaya dan bahasa.
“Jadi orang berbahasa itu harus tahu budi pekerti. Selamat hari jadi, semoga semakin berseri. Semoga dapat menjadi generasi yang amanah dan selalu mengerti,” ucapnya menutup penampilan.
Selain Cak Kartolo, panggung Dies Natalis juga dimeriahkan oleh pertunjukan Tari Saman, Kolintang, BSO Musik, Fibra Dance, hingga tarian Yosakoi yang mengundang antusiasme penonton.
FIB UNAIR sebagai Rumah dan Ruang Digital
Dalam pidato kebudayaan, budayawan Aribowo menyebut FIB UNAIR sebagai “rumah” baginya dan mengajak seluruh civitas akademika menjadikan fakultas ini sebagai yang terdepan di Indonesia.
“Saya merasa berada di rumah saya sendiri. Bagi saya, FIB itu sangat khusus dan menjadi fakultas paling baik. Kita harus kalahkan UI dan Gadjah Mada. Di sini juga, hari ini juga,” katanya disambut tepuk tangan.
Ia juga menyoroti relasi budaya dan media digital, menyebut bahwa populisme kini tumbuh dari ruang netizen yang bergerak di luar institusi formal. “Ketika partai, legislatif, dan mahasiswa melemah, netizen menjadi kekuatan politik baru dengan instrumen digitalnya,” refleksinya.
Rangkaian puncak Dies Natalis turut dimeriahkan oleh Festival Budaya yang menampilkan lukisan, fotografi, dan puisi karya mahasiswa. Tahun ini, festival berkolaborasi dengan Lokakarya bertajuk “Pradipta Tari Nusantara“.
Ketua pelaksana Festival Budaya, Anindita Wulan, menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi ruang untuk membangkitkan kembali semangat pelestarian seni dan kemanusiaan. “Kami membawa semangat untuk menyalakan api yang hampir padam, mengobarkan upaya pelestarian budaya dan menunjukkan keragaman sisi kemanusiaan melalui karya mahasiswa,” ujarnya.
Acara ditutup dengan prosesi pemotongan tumpeng sebagai simbol rasa syukur dan doa untuk FIB UNAIR. Prosesi ini sekaligus menegaskan komitmen kolaborasi fakultas dengan berbagai pihak untuk memperkuat peran FIB di dunia akademik dan kebudayaan.
Dengan komitmen menjaga tradisi budaya sekaligus menyongsong kemajuan global berbasis integritas dan digitalisasi, Dies Natalis ke-27 FIB UNAIR meninggalkan pesan jelas: fakultas ini siap melangkah menuju masa depan sebagai pusat keunggulan budaya terbaik di Indonesia dan dunia.(*)
Kontributor: PKIP
Editor: Abdel Rafi.



