Wednesday, September 24, 2025
spot_img
HomeGagasanKolomEdukasi Pensiun: Pohon Tumbang vs Pohon Tumbuh

Edukasi Pensiun: Pohon Tumbang vs Pohon Tumbuh

Ini bukan tentang pohon. Melainkan tentang masa pensiun. Perumpamaannya: pohon tumbang vs pohon tumbuh.” Sebuah metafora tentang seorang pekerja yang antara siap atau tidak siap menghadapi pensiun. Gambaran sederhana tentang kehidupan di hari tua, ketika tak lagi produktif bekerja. Edukasi dana pensiun yang kerap luput dari kesadaran banyak pekerja.

Dalam konteks pensiun, pohon tumbang” adalah simbol keadaan dramatis seseorang di hari tua yang terjebak krisis keuangan, jatuh miskin, bahkan harus kembali bekerja setelah pensiun. Kondisi itu nyata, terlihat, dan bisa menimpa siapa saja. Sebaliknya, pohon tumbuh menggambarkan kebiasaan kecil menabung rutin untuk pensiun. Sunyi, tak terasa tiap bulan, bahkan sering dianggap remeh. Namun dalam 20-30 tahun, kebiasaan itu menjelma pohon rindang yang menopang kehidupan di masa tua.

Realitasnya, masa pensiun memang penuh paradoks. Ada yang hidup mewah saat bekerja, tetapi merana di hari tua. Ada pula yang sederhana semasa bekerja, namun konsisten menabung sehingga bisa menikmati masa pensiun dengan tenang. Pada akhirnya, semuanya soal pilihan dan sikap: bagaimana menjalani masa bekerja, dan bagaimana menyiapkan masa pensiun.

Kisah pensiunan bangkrut sering menjadi bahan perbincangan. Apalagi bila di masa bekerjanya ia pernah berjaya. Sayangnya, jarang terdengar cerita pekerja biasa yang diam-diam menabung Rp 100.000,- per bulan, lalu saat pensiun hidupnya tenang, tanpa utang, dan jauh dari hiruk-pikuk masalah keuangan. Pertanyaan mendasarnya: lebih penting mana, bergaya saat bekerja atau sejahtera di hari tua?

Ibarat pohon, masa pensiun hanya menawarkan dua kemungkinan yakni sejahtera atau merana. Kita bisa melihat pohon-pohon kecil yang tumbuh perlahan hingga akhirnya rindang, memberi teduh bagi siapa pun yang beristirahat di bawahnya. Namun ada pula pohon yang tampak besar di awal, tetapi rapuh, mudah roboh, daunnya kering, dan tak lagi bermanfaat. Begitulah pensiun dimana ada yang berakhir duka, ada yang berakhir suka. Ada yang menyejukkan, ada yang menyisakan derita.

Menyisihkan Rp 100 ribu-Rp 500 ribu per bulan mungkin terasa kecil hari ini, bahkan dianggap sepele. Namun, bila dilakukan konsisten selama puluhan tahun, tabungan itu menjadi penopang kehidupan pensiun, bahkan bagi pegawai dengan gaji pas-pasan. Konsistensi menabung untuk pensiun terbukti lebih efektif daripada mengandalkan “jumlah besar” sesekali, seperti pesangon, yang belum tentu ada.

Soal pensiun, bahkan pesangon, ibarat menanam pohon kecil di hutan. Awalnya tak terlihat dampaknya, tapi dalam jangka panjang, hasilnya luar biasa. Hanya dengan menyisihkan sedikit setiap bulan, seorang pekerja bisa hidup jauh lebih tenang dibandingkan yang tak menyiapkan pensiun sama sekali. Karena itu, jangan tunggu sampai terdengar “suara pohon tumbang” (krisis pensiun). Mulailah merawat pertumbuhan sunyi (menabung di dana pensiun) dari sekarang. Sebab, bila bukan kita yang menyiapkan masa tua, siapa lagi?

Faktanya, hari ini 1 dari 2 pensiunan di Indonesia masih bergantung pada transfer dari anak untuk biaya hidup. Bahkan, 9 dari 10 pekerja belum siap menghadapi pensiun karena tidak memiliki dana yang memadai. Pertanyaannya adalah, apakah pohon-pohon itu akan tetap tumbuh subur di hari tua, atau justru tumbang begitu memasuki masa pensiun?

Hati-hati dan bersiaplah menghadapi masa depan yakni hari tua kita sendiri. Sebuah peribahasa Persia mengingatkan, Saat pohon tumbang, semua orang mendengar suaranya. Tetapi saat pohon tumbuh, tak seorang pun menyadarinya.”

 

SYARIFUDIN YUNUS 

Edukator Dana Pensiun DPLK SAM

RELATED ARTICLES

Sejahtera 0,7

Aktivis Rasa Kerupuk

Dari IKN ke IKP

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular