
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Koordinator Nasional Nawaning Nusantara Hj. Dhomirotul Firdaus, M.Pd., atau dikenal sebagai Ning Fierda, menegaskan bahwa generasi muda hari ini memiliki medan juang baru: dunia digital. Menurutnya, GenZI Hebat adalah mereka yang aktif menjaga ruang maya dengan konten-konten antiradikal sekaligus memperkuat persatuan nasional.
“Hari Pahlawan itu tidak lepas dari peran pemuda. Kini, perjuangan tidak lagi di medan fisik, tetapi di dunia maya,” ujarnya saat memberikan tausiyah dalam Majelis Subuh GenZI (MSG) di Masjid Al-Akbar Surabaya, hari ini, Minggu (23/11/2025).
Kegiatan MSG edisi ke-24 bertema “GenZI Hebat, Negeri Kuat” itu dihadiri sekitar 70 peserta GenZI dari Surabaya dan sekitarnya.
Di hadapan para peserta, Ning Fierda mengingatkan bahwa sejarah Islam mencatat banyak teladan pemuda yang memainkan peran penting, mulai dari Usamah bin Sa’id, Sayyidina Ali, hingga Zaid bin Tsabit.
“Zaid bin Tsabit itu representasi GenZI masa kini. Ia cerdas, menjadi penerjemah Rasulullah, dan berinteraksi dengan diplomat asing. GenZI sekarang juga harus menjadi generasi intelektual yang memberi manfaat,” ujarnya.
Medan Juang Baru: “Perang” Digital
Menurut Ning Fierda, tantangan pemuda saat ini adalah derasnya arus informasi di berbagai platform digital. Karena itu, mereka perlu membangun benteng moral sekaligus literasi digital yang kuat.
“Perang sekarang bukan perang fisik, tapi perang digital. Kritik saya, GenZI harus menjaga akhlakul karimah di dunia maya. Ini soal kesalehan digital,” tegasnya.
Ia menambahkan, konsistensi atau istiqamah dalam membuat konten positif merupakan kunci agar ruang digital tidak dikuasai narasi yang merusak.
Ning Fierda mengingatkan pesan Al-Qur’an dalam surat Al-Hujurat terkait verifikasi informasi. “Apa pun yang kita unggah itu tercatat. Amal seberat biji dzarrah pun tidak luput dari catatan Allah. Jadi, jangan asal share tanpa akhlak,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Ning Fierda juga menyinggung infiltrasi konten radikal yang kini masuk ke ruang-ruang hiburan digital.
“Game online pun sudah disusupi konten radikalisme. Maka GenZI harus cerdas dan peka, jangan memberi ruang bagi narasi pemecah bangsa,” ujarnya.
Selain literasi digital dan akhlak, ia mendorong penguatan nasionalisme religius di kalangan GenZI. Bentuknya dapat berupa amalan-amalan ringan yang diajarkan dalam tradisi pesantren.
“Fatihah, sholawat, dan ungkapan kebaikan seperti masya Allah dan barokallah juga bagian dari ikhtiar menebar energi positif untuk negeri,” kata putri Pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri, KH Anwar Manshur, itu.
Ning Fierda menutup ceramah dengan ajakan agar GenZI menjadi barisan terdepan penjaga persatuan bangsa melalui konten yang mencerahkan.
“Konten positif itu benteng negeri. GenZI harus menjadi pahlawan digital yang menjaga Indonesia dari narasi radikal dan provokatif,” tandasnya.(*)
Kontributor: Tim MAS
Editor: Abdel Rafi



