
Sumenep, – Ketua Umum Jaringan Pemuda dan Aktivis Indonesia (JAPAI) MH Soleh mengapresiasi terpilihnya petahana Achmad Fauzi Wongsojudo sebagai Bupati Sumenep periode 2024-2029 hasil Pilkada Serentak 2024 yang berlangsung pada 27 November 2024 lalu. Hasil tersebut sesuai hasil rekapitulasi KPU setempat secara resmi.
Namun, menurut MH Soleh, ada beberapa catatan yang harus menjadi Bupati Sumenep dalam kepemimpinannya yang kedua ini. Pihak JAPAI, lanjutnya, telah lama mengamati perkembangan kabupaten Sumenep khususnya mengenai potensi wisatanya yang luar biasa tetapi pengelolaan dan pengembangannya dinilai tidak serius.
“Bupati Sumenep (Achmad Fauzi Wongsojudo, red.) bagi JAPAI kurang greget dan terkesan setengah-setengah dalam hal konsepsi tentang wisata. Hanya menjadi buah bibir tanpa langkah konkrit dan visioner terhadap potensi wisata yang seharusnya sudah go international,” ujar Mh Soleh dalam keterangannya pada media ini, Selasa (10/12/2024).
MH Soleh menjelaskan lebih jauh mengenai hal tersebut. Menurutnya, misal mengenai akses transportasi menuju Kabupaten Sumenep dengan potensi wisata yang luar biasa itu, masih dinilainya belum memadai. Bupati Sumenep, lanjutnya, tidak secara konsisten membuka jalur transportasi dari luar Sumenep menuju destinasi wisata di Sumenep.
“Semisal membuka jalur transportasi dari Bali ke Sumenep, entah itu dari sisi jalur Udara, Darat ataupun Laut. Kita bayangkan saja keseriusan Kabupaten Sumenep menjadi Penyanggah Bali. Buka penerbangan dari Bali-Sumenep atau sebaliknya, selanjutnya dari jalur transportasi laut kan tinggal buka Dermaga dan trayek Sumenep-Bali atau sebaliknya,” papar MH Soleh.
Selain itu, lanjut MH Soleh, aspek keamanan dan keramahan masyarakat Sumenep juga harus digenjot terutama dalam menerima dan melayani wisatawan mancanegara. Karena itu, JAPAI menilai pentingnya koordinasi, kolaborasi dan konsolidasi yang kuat dari seluruh kepala desa se-Kabupaten Sumenep menjadi penting dan mendesak.
“Bagaimana sisi keamanan harus menjamin terhadap wisatawan mancanegara. Jangan ada budaya negatif di Madura khususnya di Sumenep yang masih berjalan. Pendekatan secara serius terhadap kultur masyarakat harus dengan cepat diperbaiki,” tegas MH Soleh.
Selain itu, lanjut MH Soleh, Bupati harus mampu menstimulus potensi besar di tiap wilayah Kabupaten Sumenep agar informasinya bisa diterima dengan baik dan utuh serta membangkitkan minat di kalangan wisatawan. Tentu, lanjutnya, dengan melakukan terobosan demi terobosan yang harus dilakukan secara masif di era digital yang tanpa sekat ini.
“Sumenep harus menjadi pilihan wisata kedua setelah Bali. Apa beda keindahan Bali dan Sumenep? Tentunya Sumenep lebih indah dan menawan dari Bali. Tinggal pengelolaanya yang harus dengan cepat berdaya saing dengan Bali,” harap MH Soleh.
Menurut pihak JAPAI, proyeksi pariwisata di Kabupaten Sumenep dalam hitungan beberapa tahun saja dinilai mampu berdaya saing untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia. “Ya memang tidak mudah, namun jika seorang Bupati mempunyai keinginan kuat. Apa yang tidak mungkin terjadi, karena kunci perubahan ada pada pemegang kebijakan yang itu ada di Bupati,” katanya retoris.
“Kami kira ini instruksi terbuka dari JAPAI karena kami mempunyai alasan kuat untuk berbangga dengan Sumenep khususnya dan Madura pada umumnya. Sumenep dan Madura harus mampu merubah ikon kekerasan menjadi daerah yang identik dengan destinasi wisata kelas dunia dan ramah wisatawan. Baik itu untuk wisatawan lokal maupun mancanegara,” pungkasnya.
(rafel/tommy)